Apa Itu Chiropractic? Simak Ini
Dalam beberapa minggu terakhir metode chiropractic mendadak populer di media sosial.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Dalam beberapa minggu terakhir metode chiropractic mendadak populer di media sosial.
Bukan karena ada terapi terbaru yang diperkenalkan, tapi karena kasus meninggalnya seorang wanita muda setelah menjalani terapi tersebut.
Terapi yang diperkenalkan di Amerika Serikat sejak tahun 1895 oleh Daniel David Palmer ini sebenarnya menjadi terapi andalan bagi mereka yang mengalami gangguan tulang punggung.
Kata chiropractic sendiri berasal dari bahasa Yunani yang bisa diartikan sebagai "dilakukan dengan tangan".
Metode pengobatan chiropractic yang tradisional berdasarkan pada manipulasi tulang belakang.
Biasanya dilakukan secara manual atau dengan tangan, tanpa alat apa pun, bisa dengan pemijatan dan penekanan titik-titik yang tidak beres di bagian tulang belakang lalu mengoreksinya, mengurangi rasa sakit, dan mengembalikannya ke posisi normal.
Dijelaskan oleh dr Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf, metode chiropractic bertujuan untuk memperbaiki susunan tulang belakang yang salah.
"Chiropractic ini mirip seperti pijat, tapi penekanannya pada sendi tulang," katanya dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com.
Ada banyak teknik chiropractic yang berbeda-beda.
Beberapa dokter chiropractic melakukan manipulasi sendi hanya dengan tangan mereka saja, sementara yang lainnya menggunakan berbagai instrumen dalam pengobatannya.
Selain itu, beberapa ahli tulang mengobati pasien dengan cara manipulasi cepat tapi keras, sementara yang lainnya menggunakan sentuhan ringan.
Teknik chiropractic sebagian besar memang ditujukan untuk mengobati masalah nyeri tulang belakang, gangguan di leher, bahu, atau lengan.
Tetapi beberapa chiropractor mengklaim terapi ini bisa dipakai untuk masalah kesehatan secara umum seperti kolik, asma, dan bayi yang sering menangis.
Metode ini dianggap lebih "aman" karena tidak menggunakan obat-obatan dan alat apa pun. Kendati demikian, chirocpractic juga memiliki sisi negatif.
Dalam sebuah artikel di The Guardian, Edzard Ernst, profesor pengobatan komplementer di Peninsula Medical School mengatakan bahwa sekitar 50 persen pasien yang menjalani chiropractic, mengeluhkan efek samping nyeri di lokasi yang dimanipulasi yang bertahan sampai lebih dari satu hari.
“Selain efek samping tersebut, kami mempunyai sekitar 500-700 kasus komplikasi berat yang dilaporkan,” kata Ernst yang mengumpulkan data 60 percobaan acak terapi chiropractic antara Januari 2000 - Juli 2011.
Gerakan chiropractic yang ekstrem di leher bisa menyebabkan pembuluh arteri hancur dan menyebabkan stroke.
Bahkan, beberapa ahli saraf melihat stroke dan hal itu terkait dengan chiropractic.
Sayangnya, hampir sebagian besar kasus tidak dilaporkan. (*)