Penuturan Joanna, Perempuan yang Hidup Tanpa Rahim dan Vagina
Ia lahir dengan sindrom Rokitansky. Giannouli tidak punya kandungan, leher rahim, dan bagian atas vagina. Sindrome ini menimpa satu dari 5000 wanita.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Dia tidak memeriksa saya karena dia tidak ingin menyentuh bagian-bagian pribadi saya. Dan saat saya berumur 16 tahun, dia mengirim saya ke sebuah rumah sakit. Di situ, dokter mengetahui bahwa saya tidak memiliki lorong vagina dan mereka menyatakan saya mengidap sindrom Rokitansky.
Karena saya terlahir tanpa vagina, para dokter harus membuatnya secara khusus agar saya bisa berhubungan seks. Operasi berjalan baik, sangat baik. Saya dirawat di rumah sakit selama dua minggu, untuk pemulihan.
Selanjutnya, saya harus berbaring di tempat tidur sekitar tiga bulan. Saya memang tidak bisa bangun. Saya melakukan latihan khusus untuk vagina saya dalam rangka memperluas lorong vagina baru saya.
Gejala pertama dari sindrom yang saya derita ini adalah kondisi medis amenore primal, tidak mengalami menstruasi sama sekali. Selain itu, kita tidak bisa berhubungan seks. Itu sebabnya saya harus menjalani operasi besar pada usia 17 tahun.
Vagina baru
Para dokter membuat sebuah vagina baru untuk saya. Itu adalah prosedur revolusioner di Athena saat itu. Vagina baru yang dibuat oleh para dokter sempit dan kecil, dan menyebabkan rasa sakit tak terhingga saat berhubungan seks.
Saya harus memperluas perineum, jaringan otot antara vagina dan anus, dengan melakukan latihan untuk vagina. Ini sebuah area kecil di bawah vagina, berupa kulit dan jaringan, dan harus disayat lebih lebar, agar lorong vagina lebih terbuka -begitulah istilahnya.
Sesudahnya, saya merasa baik secara fisik. Namun, secara emosional saya merasa tidak begitu baik. Ini jadi sebuah beban, bagai sesuatu yang tidak bisa lepas. Sejumlah mantan pacar saya melecehkan kondisi saya secara emosional. Saya tidak bisa memiliki hubungan yang stabil selama bertahun-tahun karenanya.
Situasi itu terus menghantui dan tak tertahankan. Hal itu bagai mencuri kebahagiaan kita, mentalitas kita, peluang untuk menjalin hubungan yang bagus dan stabil. Situasi seperti ini membuat diri kita hampa dan kita diliputi dengan kemarahan, rasa bersalah, dan malu.
Selain itu, ada masa-masa sulit sesudahnya. Saya menderita secara emosional, psikologis – semua itu benar-benar berat. Hampir 10 tahun sudah, dan saya masih merasa menderita tapi saya sudah tidak merasa malu lagi, sudah terlalu lama.
Saya sadar bahwa saya tidak bisa mengubahnya. Semuanya harus diterima apa adanya, dan hidup dengan kondisi seperti ini. Selama beberapa tahun pertama, dan kadang-kadang sekarang pun masih, saya merasa tidak berharga. Saya bagai barang yang rusak. Tidak layak dicintai.
Saya bagai jiwa yang tersesat selama bertahun-tahun. Hal ini bisa menghancurkan hidup kita. Hal itu menempatkan kita dalam posisi yang benar-benar sulit. Saya berjuang keras melawan depresi, kecemasan, serangan panik.
Ini memberikan saya pelajaran berharga. Meskipun saya tidak percaya pada Tuhan, saya percaya bahwa ini adalah peringatan penting -bahwa jangan menganggap hidup kita pasti dengan sendirinya baik-baik saja.
Saya sudah terlahir kembali. Hal ini telah memberikan saya hidup yang baru, jati diri yang baru. Ini juga telah mengubah jalan hidup saya. Sebelumnya, saya adalah remaja yang tipikal dengan segala pasang surutnya.