Metode Baru Atasi Nyeri Lutut Kronis
Terapi genicular nerve block dan genicular nerve ablation menggunakan radiofrekuensi atasi nyeri tanpa operasi
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nyeri lutut adalah masalah kesehatan yang umum dijumpai pada berbagai usia yang disebabkan mulai dari trauma olahraga, kecelakaan, proses degenerasi atau penuaan, hingga obesitas.
Penanganan nyeri lutut kronis cukup rumit seperti pemberian obat-obatan, terutama obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) kurang efektif dalam menangani kasus nyeri lutut jangka panjang dan dapat menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna, jantung, dan ginjal.
Meski banyak juga kasus berat yang sembuh dengan operasi, tidak semua pasien dapat menjalani prosedur ini.
Pilihan operasi dan penggantian sendi juga berisiko meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
"Bahkan, pada pasien berusia muda seringkali diperlukan operasi ulang sehingga kurang disukai," kata dr. Mahdian Nur Nasution Sp. BS, pakar nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta di Jakarta, Sabtu (22/10/2016).
Selama ini, nyeri lutut kronis seringkali melibatkan terapi panjang dan lama tanpa membuahkan hasil dan tidak jarang pasien dianjurkan untuk menjalani prosedur penyuntikan sendi berulang yang cukup mahal, melibatkan obat-obat golongan steroid dan penambahan cairan sendi.
"Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penyuntikan ini juga harus dilakukan tepat pada rongga lutut sehingga dapat dikatakan angka keberhasilannya sangat bergantung kepada keterampilan dokter," katanya.
Namun saat ini ada alternatif baru penanganan nyeri kronis pada lutut yang cukup efektif, yaitu genicular nerve block dan genicular nerve ablation.
Terapi menggunakan radiofrekuensi ini mulai menanjak popularitasnya karena dapat mengatasi nyeri tanpa operasi, dapat dilakukan secara rawat jalan, efek samping minimal, dan pasien dapat cepat kembali beraktivitas setelah prosedur dilakukan.
Terapi ini cocok untuk penderita radang sendi kronis yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi karena kondisi kesehatan tertentu dan efektif meredakan nyeri sebelum dan nyeri yang menetap setelah operasi.
Sendi lutut dipersarafi oleh berbagai cabang saraf yang dikenal dengan saraf genicularis.
Saraf-saraf ini adalah saraf yang terutama menghantarkan nyeri pada lutut.
“Saraf genicularis terletak di luar sendi sehingga mudah diakses melalui kulit dengan bantuan ultrasonografi (USG) maupun fluoroskopi. Pembaalan atau ablasi pada saraf genicularis diharapkan dapat menghambat impuls nyeri,” paparnya.
Manipulasi saraf genicularis dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah genicular nerve block, yaitu tindakan pemberian obat anestesi lokal pada cabang-cabang tertentu saraf genicularis.
“Tindakan ini bersifat diagnostik, yaitu untuk menentukan apakah tindakan ablasi akan efektif untuk meredakan nyeri pada pasien tersebut. Jika dalam 24 jam setelah penyuntikan obat anestesi lokal terjadi penurunan nyeri hingga lebih dari 50%, barulah dilakukan tahap kedua, yaitu ablasi cabang saraf genicular,” paparnya.
Tahap kedua dilakukan didahului dengan pemberian anestesi lokal, dilanjutkan pemanasan saraf menggunakan radiofrekuensi.
Radiofrekuensi konvensional dilakukan pada suhu 70°C selama 90 detik, sedangkan cooled radiofrequency dilakukan pada suhu 60°C. Cooled radiofrequency memberikan lesi sferis dengan volume yang lebih besar dibanding radiofrekuensi konvensional.
Studi menunjukkan bahwa perbaikan nyeri optimal terjadi mulai seminggu setelah prosedur dan bertahan selama 12 minggu. Bahkan, sejumlah pasien mengatakan manfaat dapat dirasakan hingga setahun setelah prosedur.
“Tidak hanya efektif, efek samping tindakan ablasi juga sangat jarang ditemui. Tindakan dapat dilakukan secara rawat jalan, pasien dapat kembali bekerja sehari setelahnya,” ujar dr. Mahdian.