Menyimpan Darah Tali Pusat Bisa untuk Investasi Kesehatan? Ini Penjelasannya
Sel punca dari darah tali pusat semakin banyak digunakan sebagai sumber transplantasi sejumlah penyakit.
Penulis: Nurul Hanna
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sel punca dari darah tali pusat semakin banyak digunakan sebagai sumber transplantasi sejumlah penyakit.
Metode ini pun diklaim dapat menjadi asuransi untuk menyembuhkan penyakit serius dikemudian hari.
Tali pusat adalah tali penghubung dari embrio atau janin yang sedang berkembang dengan plasenta yang membawa nutrisi kepada bayi.
Biasanya, setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dan biasanya dibuang bersama plasenta sebagai limbah medis.
Namun, kini program pengolahan darah tali pusat banyak diminati.
Dr. Ardiansjah Dara SpOG, spesialis kandungan Rumah Sakit Siloam dan Meriana Virtin, Medical Advisor Cordlife saat menghadiri Talkshow di Indonesia Maternity Baby and Kids Expo, di Jakarta Convention Center (JCC), Gelora, Jakarta Pusat, Minggu (27/11/2016).
"Tali pusatnya diambil, darahnya dihisap dan disimpan. Selaput plasentanya juga diambil itu bisa diolah jadi sumber stem cell atau sel punca," ujar Dr. Ardiansjah Dara SpOG, spesialis kandungan di Rumah Sakit Siloam.
Darah tali pusat harus diambil pada saat persalinan oleh doker kandungan atau bidan.
Setelah bayi lahir, tali pusat akan dijepit pada dua tempat dan digunting di antaranya.
Kemudian dalam hitungan menit dokter kandungan atau bidan akan mengalirkan darah tali pusat ke dalam kantong darah.
Darah tali pusat diambil dalam jumlah semaksimal mungkin, mengingat besar kecilnya tali pusat setiap ibu berbeda-beda.
"Diambil hingga 200-300 cc, minimal 100cc sudah cukup. Namun, semakin banyak dapat semakin baik," kata Meriana Virtin, Medical Advisor Cordlife.
Darah tali pusat yang diambil dapat disimpan hingga berpuluh-puluh tahun. Sebuah studi terbaru menunjukkan penyimpanan secara efisien bisa mencapai 21 hingga 23,5 tahun.
Nantinya, darah tersebut dapat disimpan dalam dan dipergunakan kembali jika sang anak atau keluarga terjangkit penyakit serius.
Meriana melanjutkan, menyimpan darah tali pusat adalah metode menyimpan sel baru yang nantinya akan bisa digunakan untuk meregenerasi sel yang telah rusak.
Serangkaian penyakit yang bisa diterapi menggunakan sel punca, diantaranya kanker darah, kelainan darah yang bukan keganasan, kelainan imun, tumor solid hingga kelainan metabolisme.
Terapi untuk sejumlah penyakit seperti Alzheimer, HIV, kanker otak, Lupus hingga Autis masih dalam penelitian lebih lanjut.
Kemungkinan darah tali pusat nantinya cocok dengan sang bayi adalah 100 persen.
Sedangkan cocok untuk kakak atau adiknya adalah 25 persen.
Orangtua si bayi juga dapat menggunakan darah tali pusat tersebut namun tetap melalui pertimbangan dokter.
Sayangnya, kemungkinan penyakit tersebut dapat sembuh menggunakan darah tali pusat belum dapat dipresentasikan.
"Tergantung derajat berat penyakitnya. Sel punca adalah sel hidup yang tak bisa dipergunakan sembarangan," tutur Meriana.
Cordlife pada tahun 2006 resmi mendirikan bank darah tali pusat. Cordlife Indonesia pun mengkoordinasikan pengambilan darah tali pusat seluruhnya dilakukan di Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.