Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tiga Komunitas Mahasiswa Jakarta Sosialisasikan Penanganan Stunting Lewat Screening Film 

Tiga kelompok mahasiswa yaitu Kawan Bestari, Indonesia Youth Action, dan Futurizzteam menggelar kegiatan eredukasi tentang stunting

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tiga Komunitas Mahasiswa Jakarta Sosialisasikan Penanganan Stunting Lewat Screening Film 
istimewa
Tiga kelompok mahasiswa yaitu Kawan Bestari, Indonesia Youth Action, dan Futurizzteam menggelar kegiatan eredukasi tentang stunting melalui inisiatif kreatif kepada sekitar 150 anak muda di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  – Tiga kelompok mahasiswa yaitu Kawan Bestari, Indonesia Youth Action, dan Futurizzteam menggelar kegiatan eredukasi tentang stunting melalui inisiatif kreatif kepada sekitar 150 anak muda di Jakarta.

Mereka menggelar screening film “Indonesia’s Silent Emergency: Stunting in Rural Populations”, produksi MD Entertainment, yang mengupas tuntas permasalahan stunting di Indonesia.

Baca juga: Tujuh Harapan WHO untuk Kesehatan Dunia di 2025: Pengendalian Pandemi hingga Penurunan Stunting

Film ini mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat pedesaan, khususnya NTT, mulai dari kurangnya akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan, hingga kepercayaan pada mitos yang memperburuk kondisi, seperti larangan memakan telur karena takut bayi akan bau.

Screening film ini juga disertai talkshow yang dihadiri oleh berbagai narasumber untuk memperdalam pemahaman peserta.

Yogi Riyanto, Team Leader Indonesian Youth Action menyatakan, stunting bisa jadi ancaman
besar bagi negara.

“Melalui nobar dan talkshow, masyarakat semakin sadar bahwa stunting di NTT menjadi perhatian penting. Sudah saatnya kita tidak tinggal diam, mengambil kesempatan baik untuk perubahan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” ungkapnya, Rabu, 8 Januari 2025.

Stunting menjadi tantangan besar bagi Indonesia, dengan prevalensi yang masih mencapai 21,5 persen
pada 2023, berdasarkan data Tim Percepatan Penanggulangan Stunting.

Berita Rekomendasi

Angka ini menunjukkan perlunya upaya ekstra untuk mencapai target pemerintah, yaitu menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada 2024.

Dr. Elsa Fitri Ana, S. Keb, dosen Pendidikan Masyarakat FIP UNJ, dalam salah satu sesi diskusi menjelaskan bahwa stunting bukan sekadar persoalan tinggi badan, tetapi juga berdampak pada kecerdasan, kesehatan, dan beban sosial serta ekonomi bagi masyarakat.

“Jika bayi dan balita kita banyak yang stunting, dampaknya tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi negara secara keseluruhan pada masa depan,” ungkapnya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye sosial #CegahStunting yang didukung oleh 1000
Days Fund, Campaign #ForABetterWorld, Bayu Buana Travel Services, dan Yayasan Dunia
Lebih Baik.

Melalui aplikasi Campaign masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai challenge seperti “Ayo Bantu Indonesia Bebas Stunting” atau “Aksiku untuk mencegah stunting.

Dengan menyelesaikan challenge ini, peserta berkontribusi pada edukasi stunting dan membantu membuka donasi hingga 30 juta rupiah untuk 1000 Days Fund.

Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif melawan stunting, termasuk program di daerah seperti Labuan Bajo.

Kepala Program & Advokasi 1000 Days Fund, Dodi Nuriana mengatakan, stunting bukan hanya tentang tinggi badan, namun juga perkembangan otak, kemampuan belajar, dan bahkan mimpi mereka terancam pupus.

"Ini krisis yang sunyi, tapi nyata, dan kita sangat mengapresiasi aksi serta semangat generasi muda yang tidak hanya peduli, tetapi juga aktif mencari solusi. Kami akan mengundang penyelenggara terbaik untuk secara langsung berkontribusi serta mendokumentasikan perjuangan melawan stunting di Labuan Bajo,” ujarnya.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas