Ketika si Kecil Suka Berteriak, Apa yang Harus Dilakukan?
Ayah-ibu yang punya batita, masih sedang asyik mengamati si kecilnya bereksplorasi setiap hari, termasuk mengeksplorasi suaranya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ayah-ibu yang punya batita, masih sedang asyik mengamati si kecilnya bereksplorasi setiap hari, termasuk mengeksplorasi suaranya.
Paling sering terlihat, si kecil meninggikan suaranya.
Pada periode ini, anak bisa merasakan bahwa dengan berteriak suara yang dihasilkannya akan berbeda.
ia mencoba dan mencoba lagi aneka jenis teriakan dan mendapat kepuasan mendengar hasilnya.
Ia juga mulai mengenal lingkungan atau orang lain dan mulai dapat menyebutkan hal-hal di sekitarnya. Seru, bukan?
Tapi berteriak di usia batita juga bisa berarti tindakan mencontoh orang-orang di sekelilingnya.
“Bisa juga anak meniru orang di sekitarnya yang berteriak kalau membutuhkan sesuatu, sehingga anak menggunakan pola yang sama dari lingkungannya,” jelas psikolog Dra. Woelan Handadari, MSi dari Unit Pelayanan Psikologi – Fakultas Psikologi – Universitas Airlangga, Surabaya seperti termuat di tabloid nakita 895.
Kemungkinan lain, si batita berteriak karena ia merasa tidak mendapat perhatian yang dibutuhkannya.
Misalnya, ketika ia meminta sesuatu, orang dewasa di sekitarnya tetap sibuk dengan kegiatannya, termasuk jika orangtua sibuk dengan ponsel saat menemani buah hatinya.
Woelan mengatakan, “Anak merasa keinginannya diabaikan maka anak mencoba menguatkan permintaan dengan berteriak karena merasa jengkel atau kesal.”
Berikan Respon Positif
Apapun alasan batita berteriak, Woelan menekankan agar orangtua atau orang dewasa di sekitarnya tidak merespons dengan teriakan yang sama bahkan lebih keras daripada anak.
“Jika itu yang terjadi, anak akan semakin bereaksi, bahkan tidak hanya berteriak tapi akan muncul perilaku lain, misalnya membanting atau melempar mainan, atau bergulung-gulung di lantai, atau mungkin lebih hebat lagi,” urai Woelan.
Singkat kata, saat orangtua terkejut mendengar teriakan si kecil, jangan terpancing untuk melakukan hal yang sama.
Justru, orangtua perlu mengajaknya menenangkan diri dan menurunkan suara.
Woelan mengatakan, dalam menyikapi teriakan si kecil, sebaiknya orangtua mendekati dan meminta maaf karena sebelumnya sedang sibuk sehingga tidak mendengar permintaan anak.
Kemudian, dengan kata-kata yang lembut, orangtua dapat menanyakan apa yang diinginkan anak.