Aksi Teatrikal Bahaya Susu Kental Manis untuk Anak
Kelompok masyarakat yang menamakan diri Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) menyuarakan pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya Susu Kental Manis
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok masyarakat yang menamakan diri Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) menyuarakan pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya Susu Kental Manis yang tinggi gula dan miskin zat gizi melalui aksi teatrikal pantomim dalam "Kampanye Lindungi Anak dari Susu Kental Manis".
Koordinator DKR Yuli Supriwati menjelaskan aksi yang dilakukannya adalah ajakan untuk melindungi anak Indonesia dari bahaya mengkonsumsi gula berlebih yang hingga kini masih beredar dalam iklan terselubung produk susu kental manis di media massa.
"Kampanye ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian kami untuk melindungi anak-anak Indonesia dari bahaya terselubung mengkonsumsi gula yang dikemas seolah menjadi susu menyehatkan. Anak yg minum Susu Kental Manis bukanlah minum susu tapi minum gula," ungkapnya disela-sela acara hari bebas kendaraan atau Car Free Day di Jalan Thamrin Jakarta, Minggu (30/7/2017).
Yuli menambah kegiatan ini digelar dalam rangkaian Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli dengan tujuan menjadikan anak Indonesia menjadi generasi unggul dimasa yang akan datang.
"Tentunya untuk mencapai hal itu anak Indonesia harus didukung dengan pangan dan makanan yang sehat serta dilindungi dari makanan yg tidak sehat dan buruk untuk masa depan mereka," kata Yuli.
Yuli juga merujuk pada penjelasan instansi pemerintah (Kementerian PMK, Kemenkes, BPOM) dan para ahli kesehatan yang menyebutkan kandungan gula dalam SKM sebesar 60 persen dengan kadar susu 8 persen serta pendapat pemerhati anak, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang semuanya sepakat menyatakan bahwa Susu Kental Manis bukan termasuk kategori susu, karena kandungan gulanya yang sangat tinggi.
Dalam prosesnya susu kental manis diolah dengan cara mengurangi kandungan air pada susu melalui proses evaporasi untuk meningkatkan total solid susu menjadi 70-72% dan kemudian ditambahkan gula (sukrosa) sebanyak 40-45% yang juga akan bertindak sebagai pengental dan pengawet.
"Emang sih harganya murah, tapi coba bayangin kalo terlalu sering dikonsumsi anak-anak, kadar gula dalam tubuh akan berlebih dan bisa menyebabkan obesitas dengan resiko diabetes. Minum susu kental manis Itu sama dengan makan 20 sachet gula yg ada dimeja restoran," tambahnya.
Di negara asalnya, Amerika dan negara maju lainnya, Susu Kental Manis kini sudah tidak dikonsumsi secara massal karena dianggap rendah gizi dan terlalu banyak mengandung gula. Susu Kental Manis digunakan untuk tambahan rasa pada makanan aja, bukan utk dikonsumsi secara masal apalagi untuk diminum anak.
Sementara di Indonesia produsen masih saja mempromosikan Susu Kental Manis digambarkan di iklan seolah minuman sehat. Indonesia jadi pasar menggiurkan bagi produsen selain tahan lama juga bisa didistribusikan ke pelosok negeri.
"Mari edukasi orang disekitar kita pelan-pelan yuk..kasian anak-anak kita, ganti Susu Kental Manis dengan susu pertumbuhan saja. Atau kalau tidak ada, lebih baik tidak minum sama sekali," demikian Yuli.
Pada kesempatan itu, Yuli juga menghimbau para pemangku kepentingan di Indonesia untuk segera melarang iklan susu kental manis dengan tampilan sebagai minuman anak-anak karena melenceng jauh dari program pemerintah untuk menyehatkan masyarakat Indonesia.
"Kami menghimbau pemerintah untuk melarang Iklan Susu Kental Manis yg digambarkan sebagai minuman anak," demikian Yuli.