Amankah Cara Memberi Makan Bayi Pakai Baby Led Weaning yang Lagi Tren Diikuti Emak-emak Zaman Now?
Akhir-akhir ini metode pemberian makan bayi dengan cara kekinian, yaitu Baby-Led Weaning menjadi tren di kalangan ibu-ibu muda zaman now.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini metode pemberian makan bayi dengan cara kekinian, yaitu Baby-Led Weaning menjadi tren di kalangan ibu-ibu muda zaman now.
Metode Baby-Led Weaning diperkenalkan oleh Rapley dan Markett pada tahun 2005, setelah buku mereka yang berjudul Baby Led Weaning: Essential Guide to Introducing Solid Foods and Helping your Baby to Grow Up a Happy and Confident Eater dipublikasikan.
Metode pemberian makan pada bayi yang berbeda dari metode pemberian MPASI versi World Health Organization (WHO) ini, menyebar luas hingga akhirnya menjadi tren, setelah banyak di-share dan menjadi bahan perbincangan di media sosial.
Kenapa bisa seperti itu? Karena memang metode Baby-Led Weaning bisa dibilang metode baru dan bertolak belakang dari metode yang telah ada selama ini.
WHO menyarankan pemberian MPASI alias makanan pendamping ASI ini dimulai paling lambat saat bayi berusia 6 bulan (timely), dengan memerhatikan kecukupan zat gizi pada MPASI (adequate), aman dan higienis dalam penyiapan dan pemberian (safe), serta diberikan secara responsif (responsive feeding).
Sedangkan Baby Led Weaning membiarkan bayi memilih sendiri semua makanannya sejak awal pemberian MPASI.
Baca: Bunda Ingin Mengolah Ubi Ungu Jadi Makanan Bayi? Perhatikan Hal Ini Ya
Intinya, metode Baby Led Weaning menyarankan bayi diberi finger food, yaitu makanan yang dapat dipegang oleh bayi sejak bayi berusia 6 bulan, tanpa melalui tahap pemberian makanan berkonsistensi lunak (bentuk puree atau lumat).
Selain itu, dalam metode Baby Led Weaning, orangtua hanya menentukan apa yang ditawarkan untuk dimakan oleh bayi, tetapi yang menentukan apa yang akan dipilih untuk dimakan, berapa banyak, dan seberapa cepat menghabiskannya adalah si bayi sendiri.
Menghenai metode ini, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A menulis artikel dengan judul "Betulkah Baby-Led Weaning Lebih Baik?" yang dipublikasikan oleh www.idai.or.id (7/11/2017).
Menurutnya, sesungguhnya pemberian makan yang direkomendasikan WHO yaitu MPASI, memfasilitasi bayi untuk memilih sendiri makanannya, tetapi tidak untuk semua jenis makanan dan umumnya tidak dilakukan sejak awal periode perkenalan MPASI.
Bahaya Baby-Lead Weaning
Pada artikelnya itu, dr. Nurul menulis, metode Baby-Lead Weaning masih diperdebatkan sebagai metode pemberian MPASI pertama.
Hal ini karena menurut banyak ahli, metode Baby-Lead Weaning berisiko membuat bayi mengalami kekurangan nutrisi lantaran bayi yang menentukan sendiri jenis makanan yang dihabiskan dan berapa banyak.
Kenapa banyak ahli berpendapat seperti itu? Tidak lain karena apa yang dipilih bayi kerap kali tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuhnya akan karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro, terutama zat besi.
Ada juga ahli yang tidak setuju dengan metode pemberian makan terbaru ini karena beranggapan metode Baby-Lead Weaning berisiko membuat bayi tersedak. Dua studi kecil oleh Cameron (2013) dan Morrison (2016) mengindikasikan adanya risiko tersedak lebih tinggi pada bayi yang mendapat Baby-Led Weaning.
Walaupun demikian, ada juga yang mengatakan, mendorong bayi menerima berbagai macam tekstur dan rasa makanan, seperti yang dijalankan oleh metode Baby-Lead Weaning, manfaatnya akan lebih mudah menerima makan “sehat” seperti sayur-sayuran.
Malah ada juga pihak yang berpendapat, metode Baby-Lead Weaning berdampak pada kemampuan bayi mengatur rasa lapar dan mencegah obesitas. Sayang, hal ini tidak terbukti. Berdasarkan studi terbaru oleh Taylor (2017), ditemukan bayi yang menjalani metode Baby-Lead Weaning memiliki indeks massa tubuh sama dengan bayi yang diberi MPASI secara konvensional.
Studi BLISS (Baby-Led Introduction to SolidS, 2017) mencoba mengurangi risiko tersedak pada metode Baby-Lead Weaning dengan melakukan modifikasi, yaitu dengan tetap mengikuti aturan umum pemberian makan, seperti:
1. Memastikan faktor kesiapan dan keamanan bagi bayi:
* Posisi bayi harus sudah menegakkan dada dan selama proses makan dapat mempertahankan posisi tersebut.
* Bayi harus didampingi orang dewasa saat makan.
* Memperkenalkan makanan yang dapat digenggam oleh bayi (biasanya dalam bentuk finger food).
* Pastikan makanan cukup lembut sehingga mudah hancur di dalam mulut.
* Hindari makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, yaitu makanan berbentuk koin, seperti kacang, popcorn, buah anggur, dan lainnya.
2. Memperkenalkan berbagai macam makanan.
3. Mengajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga lain.
4. Menghindari makanan cepat saji atau mengandung banyak gula dan garam.
Selain itu, studi BLISS juga memperingatkan, jika menjalankan metode Baby-Lead Weaning, jangan berharap bayi dapat langsung menyukai makanan yang dicobanya, serta bayi dapat segera mengonsumsi makanan dengan menu seimbang, atau berharap bayi langsung dapat menghabiskan makanannya dengan cepat dan tepat waktu.
Dari sini bisa kita lihat, metode Baby-Lead Weaning belum dapat dibuktikan sebagai metode pemberian MPASI yang aman dan lebih superior dibandingkan metode pemberian MPASI yang dianjurkan WHO. Jadi, metode Baby-Lead Weaning hingga kini belum dianjurkan untuk diterapkan.