Stok Vaksin Difteri Halal Masih Cukup
Selain itu, semua serum dan vaksin aman dan sudah sesuai dengan lisensi serta prosedur pembuatan obat dan vaksin yang disyaratkan
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketersediaan serum dan vaksin penyakit difteri PT Bio Farma disebut masih cukup.
Hal ini dinyatakan oleh Kepala Bagian Uji Klinik Imunisasi PT Bio Farma (Persero) dr Mahsum Muhammadi saat Fokus Group Diskusi (FGD) “Indonesia Bebas Difteri” yang diselenggarakan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) pada, Minggu (7/1/2018).
Selain itu, semua serum dan vaksin aman dan sudah sesuai dengan lisensi serta prosedur pembuatan obat dan vaksin yang disyaratkan lembaga kesehatan dunia (WHO).
“Selain untuk digunakan di dalam negeri, kami juga biasanya melakukan ekspor ke negara-negara tetangga. Namun, begitu ada kejadian luar biasa atau wabah, untuk memenuhi kebutuhan serum dan vaksin di dalam negeri, kami untuk sementara menghentikan ekspor vaksin ke negara-negara luar. Kebutuhan vaksin dan serum di dalam negeri kami utamakan. Kami juga memiliki stok atau persediaan sebesar 20 persen dari kebutuhan biasanya,” papar Mahsum Muhammadi.
Baca: Video Mesum Wanita Dewasa dengan Anak Laki-laki Beredar di Medsos, Ini yang Bikin Emosi
Baca: Pacari Siswa SMP, Siswi SMA Ini Hamil 6 Bulan
Untuk menjamin rasa tenang masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, menurut Mahsun, pihaknya saat ini tengah melakukan sertifikasi halal dari berbagai serum dan vaksin yang diproduksinya.
Selain vaksin difteri, vaksin yang tengah dilakukan sertifikasi halal antara lain Vaksin BCG dan pelarut BCG, vaksin Pentabio (DTTP, HB-HIB) dan vaksin TT.. Dengan sertifikasi halal tersebut, tidak ada lagi alasan bagi masayrakat untuk menolak vaksinasi kepada putra-putrinya.
Dr dr Sujatmiko dari Satgas imunisasi IDAI mengatakan, penyakit difteri itu adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae yang menyerang tenggorokan ,hidung dan kulit.
"Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi dan berakhir kepada kematian karena dapat menyerang saluran napas atas yang menyebabkan orang susah bernapas, merusak jantung, ginjal dan syaraf. Selain itu dapat menular,” ujar Sujatmiko.
Agar tahun 2018 Indonesia terbebas dari wabah penyakit difteri, Dosen FKM UI yang juga Ketua ILUNI UI Dr drg Wahyu Sulistiadi menyampaikan, agar, pemerintah dan masyarakat bersama-sama menggalakkan imunisasi difteri.
Selain itu, melakukan penguatan sistem informasi kesehatan, melakukan majamen crisis solution serta memproduksi serum dan vaksin yang berkualitas.
Yang tidak kalah pentingnya adalah, keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat, apapun latar belakang politik dan agamanya, semuanya harus punya satu tujuan. Hilangkan penyakit difteri.
“Pemerintah harus melakukan penguatan sistem informasi. Harus selalu mensosialisasikan apa tu penyakit difteri, akibatnya apa, bagaimana cara mengatasinya dan bagaimana mendapatkan imunisasinya.
Serta dampak yang akan ditimbulkan jika diimunisasi dan jika tidak diimunisasi. Selama ini, masyarakaat masih bingung bila ada pertanyaan atau penyakit tentang difteri. Dan yang tidak kalah pentingnya, pemerintah jangan panik bila terjadi wabah. Jika pemerintah panik, masyarakat akan tambah panik,” ujar Wahyu Sulistiadi.
Senada dengan Wahyu Sulistiadi, Dekan FKUI Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menyampaikan, agar masyarakat tidak termakan informasi hoaks atau informasi bohong yang saat ini bersebaran di media sosial, termasuk soal difteri dan imunisasi yang berakibat banyaknya anggota masyarakat yang enggan mengimunisasikan anak-anaknya, pihaknya memerintahkan seluruh anggota civitas akademika FKUI termasuk mahasiswa kedokterannya, untuk aktif dan mempunyai berbagai akun di media sosial.
Akun-akun media sosial tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan melakukan sosialisasi informasi kesehatan yang benar termasuk menyampaikan informasi yang benar tentang imunisasi melawan informasi hoax yang bertebaran di media sosial.
“FKUI sendiri sebagai lembaga pendidikan siap membantu pemerintah untuk mengatasi dan menghentikan penyebaran penyakit difteri. Selain memiliki 3000 dokter dan mahasiswa kedokteran yang siap diterjunkan ke lapangan untuk membantu melakukan sosialisasi yang benar sekaligus juga membantu melakukan pengobatan. FKUI sendiri memiliki banyak tenaga ahli di bidang kesehatan. Semuanya siap membantu pemerintah dan masyarakat untuk menghentikan dan mencegah penyakit difteri di Indonesia,” papar Dr dr Ari Fahrian Syam SpPD.