Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Pakar: Cacing Anisakis di Ikan Makarel Fenomena Alam

Sunarya mengatakan, cacing tersebut merupakan makanan utama bagi ikan-ikan kecil dan cumi-cumi.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pakar: Cacing Anisakis di Ikan Makarel Fenomena Alam
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
Ikan kaleng 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Standarisasi Mutu Produk Perikanan, Doktor Sunarya menerangkan cacing Anisakis yang ditemukan dalam produk ikan dalam kemasan kaleng berawal terjadi karena sikulus alamiah rantai makanan.

Sunarya mengatakan, cacing tersebut merupakan makanan utama bagi ikan-ikan kecil dan cumi-cumi.

Telur cacing ini menetas di air laut dan larvanya dimakan oleh krustasea.

"Krustasea yang terinfeksi lalu dimakan oleh ikan kecil atau cumi-cumi. Parasit cacing tersebut tidak lantas seluruhnyaa mati di dalam tubuh predator yang memakannya," ujar Sunarya di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (31/3/2018).

Beberapa lolos dan bertahan hidup dengan cara masuk ke dalam dinding usus inang predator yang memakannya. Kemudian ikan-ikan kecil tersebut dimakan oleh mamalia laut seperti paus, anjing laut atau lumba-lumba.

"Sementara cacing yang berhasil lolos ini akan menyelesaikan siklus hidupnya di dalam tubuh inang tersebut dan juga berkembang biak sampai dengan bertelur," ujarnya.

Baca: Ini Asal-usul Cacing Anisakis pada Ikan Makarel Kaleng

Berita Rekomendasi

Setelah menyantap ikan-ikan kecil dan cumi-cumi tersebut, kemudian mamalia laut itu memasuki fase proses pencernaan akhir dengan mengeluarkan fases atau tinja dari usus.

Namun tidak seluruh santapan yang masuk ke usus berhasil dicerna dengan baik oleh enzim pencernaan mamalia.

"Cacing berukuran kecil diameter 0.24 milimeter dengan panjang 3 milimeter. Sehingga banyak cacing Anisakis lolos hidup dan keluar bersamaan dengan fases mamalia laut berupa larva-larva atau telur," ujarnya.

Larva yang keluar bersamaan dengan fases mamalia laut tersebut kemudian dimakan kembali oleh ikan-ikan pemangsa. Umumnya, pemangsa utamanya adalah ikan Hearing dari Eropa, Sarden dan Makarel. Ikan tersebut merupakan jenis ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan untuk dijadikan produk dalam kemasan kaleng.

"Namun cacing Anisakis mudah untuk dimatikan. Dia akan mati pada suhu -20 derajat celcius atau akan mati pada suhu 60 derajat celcius," ujarnya.

Sementara itu, kata Sunarya, usai menangkap ikan Makeral, Sarden atau Tuna yang akan diproduksi menjadi ikan dalam kemasan kaleng, para nelayan langsung memasukan ikan pancingannya tersebut dalam cold storage.

Sunarya mengatakan, sesuai standar BPOM, GMP dan Hak Asisi standar dunia, cold storage yang diperuntukan untuk membekukan ikan tersebut berada pada suhu -20 sampai -30 derajat celcius.

Setelah dibekukan, ikan tersebut diproses dengan cara mengeluarkan isi perut yang biasanya menjadi daerah siklus hidup cacing Anisakis. Kemudian ikan tersebut akan dipanaskan dengan suhu sekitar 121 derajat celcius.

"Artinya saya jamin seluruh parasit cacing Anisakis yang diproduksi di dalam kaleng sudah mati dan tidak berdampak pada kesehatan manusia," ujarnya.

Sunarya menerangkan, meskipun secara alamiah hidup di laut atau perairan, namun keberadaan cacing Anisakis tidak selalu muncul dalam satu keadaan yang stagnan.

"Cacing tersebut akan bermigrasi ke tempat-tempat tertentu untuk menyesuaikan pola hidup sesuai dengan iklim dan cuaca," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas