Ternyata Ini yang Menyebabkan Seseorang Kidal
Kecenderungan untuk lebih memakai salah satu sisi tangan sudah terbentuk sejak dalam kandungan, tepatnya di minggu ke-8 kehamilan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepuluh persen dari total 7,6 miliar manusia di dunia adalah orang kidal.
Orang kidal tidak hanya menggunakan tangan kiri mereka untuk menulis, makan, menyisir rambut, sampai mengupil, namun juga mengunyah di sisi kiri mulut dan melangkah lebih dulu dengan kaki kiri. Apa, sih, yang menyebabkan orang kidal?
Dikutip dari Medical Daily, kecenderungan untuk lebih memakai salah satu sisi tangan sudah terbentuk sejak dalam kandungan, tepatnya di minggu ke-8 kehamilan.
Sementara itu, kebiasaan mengemut jempol dengan salah satu sisi tangan muncul di minggu ke-13 berdasarkan pemeriksaan lewat USG.
Sebuah tim peneliti gabungan dari Belanda, Inggris, dan Cina menemukan bahwa penyebab seseorang bisa menjadi kidal berasal dari saraf di sumsum tulang belakang.
Temuan ini membantah teori-teori lama yang menyebut bahwa otak adalah menjadi penentu utamanya.
Awalnya, banyak peneliti yang mengira korteks motorik otaklah yang mengirimkan sinyal ke sumsum tulang belakang untuk menggerakkan tangan dan kaki.
Baca: Benarkah Kucing Juga Ada yang Kidal? Berikut Jawabannya
Namun penelitian tersebut melaporkan bahwa korteks motorik bahkan belum terhubung ke sumsum tulang belakang di usia kehamilan 8 minggu.
Padahal, bayi sudah bisa menggerakkan tangan ke arah yang lebih disukainya di usia tersebut.
Dengan kata lain, bayi sudah bisa memulai gerakan dan memilih tangan favoritnya sebelum otak mulai mengendalikan gerak tubuhnya.
Faktor genetik dan lingkungan memengaruhi kecenderungan seseorang untuk bertangan kidal
Para peneliti dari Ruhr University Bochum, Jerman, mengamati rangkaian DNA di sumsum tulang belakang bayi pada minggu ke-8 hingga ke-12 kehamilan.
Mereka menemukan bahwa rangkaian DNA dalam segmen saraf yang mengendalikan gerak kaki dan tangan di kanan dan kiri sumsum tulang cukup berbeda jauh.
“Ini bukan hal yang mustahil karena banyak serabut saraf menyeberang dari satu sisi ke sisi lain di batas antara otak belakang dan sumsum tulang belakang,” jelas Carolien de Kovel, penulis utama studi dan peneliti di Max Plank Institute for Psycholinguistics.