Indonesia Menghadapi “Beban Ganda” dari Penyakit Menular yang Masih Berjangkit
Usia harapan hidup orang Indonesia tahun 2016 mencapai 71,7 tahun, lebih lama dibandingkan dengan usia harapan hidup yang hanya 63,6 tahun tahun 1990
Editor: Eko Sutriyanto
Peningkatan ini didorong oleh pola makan yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi, dan kebiasaan merokok, yang pada saat ini menjadi faktor-faktor risiko tertinggi di Indonesia.
Baca: Anies Ucapkan Selamat Ulang Tahun dan Doakan Kesehatan Untuk Ahok
"Diabetes menunjukkan peningkatan yang mencemaskan. Kematian dan disabilitas yang disebabkan oleh diabetes meningkat sebesar 38,5% sejak 2006, dan kemungkinan besar akan makin menambah beban masyarakat dan sistem Kesehatan di masa mendatang," katanya.
Ditambahkan Nafsiah, cedera karena kecelakaan lalu lintas dan berbagai penyakit tidak mematikan seperti sakit pinggang bawah dan nyeri leher, serta gangguan penglihatan dan pendengaran juga semakin jadi beban kesehatan masyarakat di Indonesia.
Studi ini diterbitkan di saat yang tepat bagi Indonesia. Lebih dari 180 juta orang – atau hampir 70% penduduk – telah terdaftar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS) .
Program ini diluncurkan pada tahun 2014 dan bertujuan untuk mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage, UHC) bagi seluruh rakyat Indonesia, di mana pemerintah membayar premi bagi penduduk yang tidak mampu.
Pemerintah telah menetapkan target yang ambisius, yaitu 95% dari penduduk terdaftar dalam program ini pada tahun 2019, dengan demikian secara efektif mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (UHC).
"Perluasan dari cakupan pelayanan Kesehatan dalam waktu yang relative singkat ini, tentu saja membutuhkan investasi lebih besar dan strategis dengan pengelolaan yang makin efisien," kata Nafsiah.
Studi ini dapat membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan dan investasi bidang kesehatan.
"Kita membutuhkan riset yang berkesinambungan untuk menambah pemahaman kita atas tren kesehatan terutama di berbagai propinsi dan kabupaten/ kota di negara kita yang sangat luas dan beragam ini,” tuturnya.
Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease) ini memungkinkan para pembuat kebijakan dan jajarannya di Indonesia untuk makin memahami berbagai penyakit, cidera, dan faktor rosiko yang akan memberikan dampak bagi kesehatan– serta bagaimana perubahan yang terjadi dari waktu kewaktu.
"Informasi tersebut memampukan kita untuk membuat keputusan Kesehatan yang lebih efektif” tambah Dr. Christopher Murray, Direktur – Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington, Lembaga yang mengkoordinasikan Studi global ini.
Studi ini, diterbitkan hari ini dalam The Lancet, meliputi kurun waktu 1990 hingga 2016; dan merupakan bagian dari Studi Global “Burden of Disease” (GBD) atau Beban Penyakit Global, sebuah upaya ilmiah yang komprehensif untuk mengkuantifikasi kondisi kesehatan diseluruh dunia.
Dalam Studi ini, Dr. Nafsiah dan tim para peneliti dari IHME dan Indonesia, termasuk a.l. Badan Litbang Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Biro Pusat Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia dan BPJS Kesehatan, mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding. Studi ini merupakan upaya sistematis terbesar yang pernah dilakukan untuk memahami trend kesehatan di Indonesia serta berbagai penyebabnya.
Yang juga merupakan bagian dari temuan dalam Studi ini: