Indonesia Menghadapi “Beban Ganda” dari Penyakit Menular yang Masih Berjangkit
Usia harapan hidup orang Indonesia tahun 2016 mencapai 71,7 tahun, lebih lama dibandingkan dengan usia harapan hidup yang hanya 63,6 tahun tahun 1990
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dr Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2012-2014 menyatakan, Indonesia mencatat kemajuan besar dalam bidang kesehatan sejak tahun 1990.
Ini ditandai meningkatnya usia harapan hidup jadi delapan tahun lebih lama serta menurunnya beban penyakit menular seperti diare dan tuberkulosa (TBC).
Namun pada saat ini juga Indonesia menghadapi tantangan meningkatnya berbagai penyakit tidak menular, antara lain penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan lain-lain.
“Indonesia saat ini menghadapi tantangan ‘Beban Ganda Penyakit’. Kita harus tetap giat melakukan berbagai upaya untuk menurunkan infeksi penyakit menular seperti TB, diare dan berbagai gangguan kesehatan ibu dan bayi," kata Nafsiah saat memaparkan studi terbaru yhang dilakukan The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Jakarta, Jumat (29/6/2018).
IHME adalah organisasi penelitian kesehatan global independen di University of Washington yang memberikan pengukuran cermat dan berimbang tentang permasalahan kesehatan publik di dunia serta mengevaluasi berbagai strategi yang digunakan untuk menanggulanginya.
Studi bertajuk, “On the road to universal health care in Indonesia, 1990 – 2016: a systemic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016,” diterbitkan hari ini melalui The Lancet. Studi ini merupakan bagian dari edisi khusus yang akan mengangkat berbagai aspek dari kesehatan di Indonesia.
Baca: Nafsiah Mboi: Harga Rokok di Indonesia Terlalu Murah
Nafsiah yang menjadi Lead-Author (penulis utama) dari studi ini menyebutkan, masalahnya makin kompleks dengan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, dengan tantangan kombinasi berbagai penyakit pada penduduk lanjut usia.
Usia harapan hidup orang Indonesia tahun 2016 mencapai 71,7 tahun, lebih lama dibandingkan dengan usia harapan hidup yang hanya 63,6 tahun pada tahun 1990.
Perempuan Indonesia hidup sedikit lebih lama dibandingkan para pria. Peningkatan usia harapan hidup ini sebagian besar disebabkan karena keberhasilan Indonesia menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit-penyakit terkait gizi.
"Di tahun 1990, penyakit diare, infeksi saluran nafas bawah (LRI), dan tuberkulosa (TBC) masih merupakan tiga penyakit penyebab utama kematian dan disabilitas," katanya.
Lebih dari 25 tahun kemudian, TBC menduduki peringkat ke-4, diare ada di peringkat 10, dan infeksi saluran nafas bawah tidak lagi berada dalam sepuluh besar penyebab kematian dan disabilitas.
“Namun demikian, penyakit-penyakit tersebut masih merupakan masalah kesehatan yang besar,” ungkap Dr. Nafsiah.
Pada saat yang bersamaan, beban karena penyakit tidak menular meningkat secara drastis.
Penyakit jantung dan diabetes telah meningkat dengan cepat selama 25 tahun lebih.
Peningkatan ini didorong oleh pola makan yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi, dan kebiasaan merokok, yang pada saat ini menjadi faktor-faktor risiko tertinggi di Indonesia.
Baca: Anies Ucapkan Selamat Ulang Tahun dan Doakan Kesehatan Untuk Ahok
"Diabetes menunjukkan peningkatan yang mencemaskan. Kematian dan disabilitas yang disebabkan oleh diabetes meningkat sebesar 38,5% sejak 2006, dan kemungkinan besar akan makin menambah beban masyarakat dan sistem Kesehatan di masa mendatang," katanya.
Ditambahkan Nafsiah, cedera karena kecelakaan lalu lintas dan berbagai penyakit tidak mematikan seperti sakit pinggang bawah dan nyeri leher, serta gangguan penglihatan dan pendengaran juga semakin jadi beban kesehatan masyarakat di Indonesia.
Studi ini diterbitkan di saat yang tepat bagi Indonesia. Lebih dari 180 juta orang – atau hampir 70% penduduk – telah terdaftar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS) .
Program ini diluncurkan pada tahun 2014 dan bertujuan untuk mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage, UHC) bagi seluruh rakyat Indonesia, di mana pemerintah membayar premi bagi penduduk yang tidak mampu.
Pemerintah telah menetapkan target yang ambisius, yaitu 95% dari penduduk terdaftar dalam program ini pada tahun 2019, dengan demikian secara efektif mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (UHC).
"Perluasan dari cakupan pelayanan Kesehatan dalam waktu yang relative singkat ini, tentu saja membutuhkan investasi lebih besar dan strategis dengan pengelolaan yang makin efisien," kata Nafsiah.
Studi ini dapat membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan dan investasi bidang kesehatan.
"Kita membutuhkan riset yang berkesinambungan untuk menambah pemahaman kita atas tren kesehatan terutama di berbagai propinsi dan kabupaten/ kota di negara kita yang sangat luas dan beragam ini,” tuturnya.
Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease) ini memungkinkan para pembuat kebijakan dan jajarannya di Indonesia untuk makin memahami berbagai penyakit, cidera, dan faktor rosiko yang akan memberikan dampak bagi kesehatan– serta bagaimana perubahan yang terjadi dari waktu kewaktu.
"Informasi tersebut memampukan kita untuk membuat keputusan Kesehatan yang lebih efektif” tambah Dr. Christopher Murray, Direktur – Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington, Lembaga yang mengkoordinasikan Studi global ini.
Studi ini, diterbitkan hari ini dalam The Lancet, meliputi kurun waktu 1990 hingga 2016; dan merupakan bagian dari Studi Global “Burden of Disease” (GBD) atau Beban Penyakit Global, sebuah upaya ilmiah yang komprehensif untuk mengkuantifikasi kondisi kesehatan diseluruh dunia.
Dalam Studi ini, Dr. Nafsiah dan tim para peneliti dari IHME dan Indonesia, termasuk a.l. Badan Litbang Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Biro Pusat Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia dan BPJS Kesehatan, mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding. Studi ini merupakan upaya sistematis terbesar yang pernah dilakukan untuk memahami trend kesehatan di Indonesia serta berbagai penyebabnya.
Yang juga merupakan bagian dari temuan dalam Studi ini:
10 Penyebab dari beban penyakit di tahun 2016:
Penyakit Jantung Iskemik
Stroke
Diabetes
Tuberkulosa (TBC)
Sakit pinggang bawah dan Nyeri Leher
Komplikasi disebabkan kelahiran premature
Masalah yang berhubungan dengan panca indra
Cedera dan kecelakaan Lalulintas
Penyakit Kulit
Penyakit yang berhubungan dengan Diare
10 Faktor Resiko Utama – yang berkontribusi pada beban penyakit di tahun 2016:
Pola makan
Tekanan darah sistolik yang tinggi
Gula darah puasa tinggi
Kebiasaan Merokok
Gangguan gizi pada anak dan Ibu hamil
Indeks Massa Tubuh yang tinggi (kegemukan)
Resiko terkait pekerjaan
Polusi udara
Kolesterol total tinggi
Gangguan ginjal