Penyakit Retinitis Pigmentosa Sudah Dapat Diperbaiki Jepang Dengan Sistem iPS Sel Masayo Takahashi
Retinitis pigmentosa umumnya diwarisi dari orang tua. Mutasi pada satu dari lebih dari 50 gen dilibatkan.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS Tokyo - Penyakit Retinitis Pigmentosa yang berasal dari DNA manusia membuat kita perlahan-lahan mengalami kebutaan, akhirnya sudah bisa diperbaiki dengan iPS sel yang dikembangkan oleh DR. Masayo Takahashi.
"Kita sudah bisa memperbaiki sel mata yang akan buta sekalipun, termasuk penyakit Retinitis Pigmentosa tersebut," paparnya khusus kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.
Retinitis pigmentosa (RP) adalah kelainan genetik pada mata dari DNA manusia yang menyebabkan hilangnya penglihatan.
Gejala termasuk gangguan penglihatan pada malam hari dan penurunan penglihatan perifer (penglihatan samping).
Onset gejala umumnya berangsur-angsur. Karena pandangan periferal memburuk, orang mungkin mengalami "visi terowongan". Kebutaan lengkap jarang terjadi, namun orang menjadi sangat sulit melihat pada akhirnya.
Retinitis pigmentosa umumnya diwarisi dari orang tua. Mutasi pada satu dari lebih dari 50 gen dilibatkan.
Mekanisme yang mendasari melibatkan hilangnya progresif sel-sel fotoreseptor batang di belakang mata.
Ini umumnya diikuti oleh hilangnya sel-sel fotoreseptor kerucut.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan retina menemukan endapan pigmen gelap.
Tes pendukung lainnya mungkin termasuk electroretinogram, pengujian lapangan visual, atau pengujian genetik.
Tidak ada obat untuk retinitis pigmentosa di masa lalu hingga sampai dengan sekitar tahun 2015 ditemukannya iPS sel tersebut.
Upaya untuk mengelola masalah mungkin termasuk penggunaan alat bantu penglihatan rendah, pencahayaan portabel, atau anjing pemandu.
Suplemen vitamin A palmitat mungkin berguna untuk memperlambat perburukan.
Prostesa visual dapat menjadi pilihan pada orang-orang tertentu dengan penyakit berat.
Penyakit ini diperkirakan akan mempengaruhi 1 dari 4.000 orang.
Onset sering terjadi pada masa kanak-kanak tetapi beberapa tidak terpengaruh sampai dewasa.
DR. Takahashi sendiri adalah seorang peneliti di Riken Pusat pengembangan biologi. Karyanya menggunakan sel induk buatan dibuat untuk mengembalikan retina yang rusak dari orang buta.
Masayo Takahashi, pemimpin proyek di lembaga penelitian yang didanai pemerintah.
"Ini adalah kehormatan besar dan saya merasa tanggung jawab lebih besar. Saya akan melanjutkan proyek tersebut terus-menerus untuk membuat banyak orang bahagia," kata Takahashi.
Dia mengubah sel-sel iPS ke dalam sel retina dan memasukkan mereka ke dalam pasien. Transplantasinya yang dilakukan ke beberapa pasien berhasil dilakukannya.
Dia adalah seorang dokter spesialis mata yang pada tahun 2014 berhasil mengambil sel kulit dari pasien dan merancang kembali sel tersebut menjadi sel induk pluripoten diinduksi (disingkat: sel IPS). Sel IPS tersebut dirubah menjadi sel retina yang kemudian ditanamkan (implan) kembali untuk menggantikan sel mata pasien yang sebelumnya rusak.
Masayo Takahashi lahr di Osaka 23 Juli 1961. Sejak kecil, dia bercita-cita ingin menjadi seorang peneliti seperti Marie Curie. Takahashi menyelesaikan pendidikannya dari Universitas Kyoto pada tahun 1986 dan bekerja dalam bidang oftalmologi (bedah mata), khususnya yang berkaitan dengan penyakit retina.
Pada tahun 1996, Takahashi berkesempatan mempelajari sel punca otak di Salk Instute, San Diego, bersama dengan suaminya yang juga merupakan seorang ilmuwan. Hal ini menginspirasinya untuk menjadi ahli bedah mata pertama yang mengembangkan sel punca untuk regenerasi (menghidupkan kembali sel yang rusak) retina.
Sel embrionik ini kemudian dirancang untuk menjadi sel epitelial retina yang dibutuhkan untuk memperbaiki kebutaan karena kerusakan retina.
Di tahun 2017, Masayo bekerja sama dengan rekannya, Yasuo Kurimoto, berhasil melakukan terobosan baru dengan memperbaiki kerusakan retina pada pasien menggunakan sel IPS yang diambil dari orang lain.
Dengan penemuan baru ini, transplan sel retina dapat dilakukan dengan lebih murah dan lebih cepat karena pasien tidak perlu menunggu untuk menumbuhkan sel IPS dari tubuh mereka sendiri.
Takahashi berencana mengembangkan teknik penyimpanan sel IPS yang berasal dari orang lain (donor) yang akan memudahkan penyediaan transplan sel retina untuk orang buta.
Berbagai penelitiannya di bidang sel IPS untuk penyakit retina telah membawa Masayo Takahashi meraih sejumlah penghargaan, di antaranya Ogawa-Yamanaka Stem Cell Prize pada tahun 2015 dari Gladstone Institute.