Temu Penyintas Kanker Payudara, Linda Gumelar: Ajang Saling Memotivasi
Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menyelenggarakan Temu Penyintas Kanker Payudara se-Indonesia
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menyelenggarakan Temu Penyintas Kanker Payudara se-Indonesia.
Acara tahunan kali ini akan dihadiri sekitar 450 penyintas dengan tema “Motivasi Yang Kuat Membantu Upaya Menjalani Pengobatan Kanker Payudara – Kamu Bisa, Kita Bisa!”, di Hotel Kartika Chandra, Sabtu (27/10/2018).
Baca: Cara Cegah Kanker Payudara yang Mematikan
Pendiri, sekaligus Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan pemilihan tema tersebut dirasakan perlu untuk membangun motivasi para penyintas kanker payudara melalui masa–masa sulit sekaligus membangun kualitas hidup para penyintas.
“Oleh karenanya nanti ada sesi membangun motivasi oleh motivator James Gwee, testimoni penyintas yang menginspirasi selain sharing info seputar kanker payudara dan limfadema oleh dr. Walta Gautama dari RS Kanker Dharmais," ujar mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II, dalam keterangannya, Sabtu (27/10/2018).
Linda berharap, pertemuan ini bisa menjadi ajang saling memotivasi untuk lalui masa-masa sulit pengobatan kanker payudara.
Linda yang juga survivor kanker payudara menambahkan kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas kanker payudara dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut.
Menurutnya, jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal maka kemungkinan untuk bisa mencapai harapan hidup yang lebih lama adalah sekitar 98 persen.
Tak sedikit penyintas yang menyesal karena tidak melakukan deteksi dini dan mendapatkan kanker sudah menyerang bagian tubuh lain.
Berjuang Melawan
Yesa (38) asal Jakarta, kini tengah berjuang melawan kanker payudara stadium 4.
“Ayo lakukan SADARI, biar bebas kanker payudara stadium lanjut. Jangan sampai terlambat seperti aku, gak enak banget kalau sudah lanjut,”seru Yesa yang baru beberapa hari ini melakukan operasi lagi.
Hal senada diungkap Fitri (40) dari Padang.
Saat usianya 33 tahun ia merasakan ada benjolan di payudaranya. Tapi karena keinginan memberikan ASI pada anaknya dia harus menunda pemeriksaan hingga 2 tahun.
“Dokter akhirnya memvonis saya kanker stadium 2b,” lirih Fitri.
Sementara itu, berdasarkan data dari Globacan 2018, dikatakan Linda lagi, angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia yang didiagnosa kanker adalah yang paling tinggi (sekitar 42,1 persen).
“Angka kematian karena kanker payudara juga cukup tinggi di Indonesia. Hal ini terjadi karena pasien pada umumnya datang memeriksakan diri kedokter hampir 70 persen sudah dalam stadium lanjut,” ujar Linda lagi seraya mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dan SADANIS.
Lebih lanjut Linda menjelaskan pengobatan penyakit mematikan yang juga bisa menyerang anak muda dan laki-laki ini memang tidak murah.
Melalui pelbagai program YKPI yang dipimpinnya, Linda memaparkan upaya pencegahan dini kanker payudara stadium lanjut dengan sosialisasi deteksi dini kebeberapa daerah serta pengoperasian unit mobil mammografi bekerjasama dengan RSK Dharmais yang membutuhkan biaya tinggi.
Baca: 7 Artis yang Pernah Mengidap Tumor atau Kanker Payudara, dari Pevita Pearce hingga Andien
“Sejak 2015 hinggaAgustus 2018 kami telah melakukan pemeriksaan mammografi sebanyak 10.544, dimana 1.565 orang diantaranya mengalami tumor jinak dan 152 orang dicurigai ganas,” jelas Linda.
YKPI juga menjalankan program pelatihan pendampingan pasien kanker payudara dan mendirikan rumah singgah di Jl. Anggrek Nely Murni No. A38, Slipi Jakarta,untuk membantu meringankan beban para penderita kanker payudara selama melakukan pengobatan di Jakarta.