Pola Pemberian dan Perilaku Makan Berperan Menentukan Masa Depan Anak
Tidak hanya jenis makanan, banyak yang belum paham bahwa pola pemberian dan perilaku makan juga berperan penting dalam menentukan masa depan anak
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu malnutrisi pada anak, baik itu pada dua tahun pertama kehidupan atau seterusnya, masih menjadi tantangan bagi masa depan anak-anak Indonesia. Terlebih, tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan sulitnya memberi makan anak.
Padahal, pola dan jenis makanan yang dikonsumsi anak menjadi faktor penting untuk pemenuhan nutrisi dan kesehatannya.
“Tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 2 tahun sangat pesat. Anak memerlukan pemberian makanan yang mengandung zat gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh kembang optimal,” ujar dr Nur Aisiyah Widjaja, SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik saat talkshow di Jakarta Nutricia Medical Nutrition, Selasa (30/10/2018).
Nur Aisyah menambahkan tidak hanya jenis makanan, banyak yang belum paham bahwa pola pemberian dan perilaku makan juga berperan penting dalam menentukan masa depan anak.
Selain jenis makanan yang salah, perilaku makan juga tidak kalah penting.
Penelitian di Indonesia menunjukkan, masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi inappropriate feeding practice, small eaters, dan parental misperception.
Baca: Es Krim Jadi Makanan Sehari-hari Isyana Sarasvati
Inappropriate feeding practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia.
Small eaters adalah terminologi yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, dan feeding rules benar.
Sedangkan food preference merupakan terminologi yang dipakai untuk mencakup keluhan pilih-pilih makan atau penolakan terhadap makanan tertentu.
“Ketiga masalah ini seringkali disepelekan dan perlu mendapatkan intervensi karena dapat mempengaruhi asupan nutrisi dan kondisi kesehatan anak. Jika terjadi secara berkelanjutan, terlebih di usia optimal hingga 2 tahun, anak terancam menderita malnutrisi yang berujung pada stunting,” kata Nur Aisyah.
Terdapat tiga aspek tata laksana untuk mengatasi masalah makan, yaitu identifikasi faktor penyebab, evaluasi faktor dan dampak nutrisi, serta upaya perbaikan.
Baca: Selain Makanan Bergizi, Donita Rasakan Manfaat Konsumsi Suplemen Blackmores Saat Hamil dan Menyusui
Pada inappropriate feeding practice, orang tua perlu memperhatikan jadwal, lingkungan dan prosedur pemberian makan. Sedangkan pada kasus small eater, diperlukan penerapan aplikasi food rules yang benar, serta melakukan boosting kalori melalui makanan padat yang difortifikasi serta susu densitas kalori tinggi 0,9-1,2 kkal/ml atau densitas kalori 1,5 kkal/ml.
Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia berharap kegiatan Bicara Gizi, khususnya mengenai masalah perilaku makan pada anak, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong penanganan nutrisi yang tepat bagi anak demi tumbuh dan kembang optimal dan masa depan yang cerah.