Mengapa Nyamuk Lebih Senang Menggigit Bayi dan Anak-Anak Daripada Orang Dewasa?
"Nyamuk akan lebih banyak menggigit bayi. Itu karena kulitnya masih tipis, sistem metabolismenya masih cepat, napasnya cepat," kata Ferdy
Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter spesialis anak Dr Ferdy Limawal SpA mengungkapkan jenis-jenis nyamuk yang berbahaya bagi manusia.
Nyamuk pertama adalah nyamuk demam berdarah yang berbintik hitam putih dan menggigit saat siang hari.
Baca: Bahaya Kandungan DEET dalam Obat Anti-Nyamuk
Nyamuk kedua adalah nyamuk malaria yang biasanya hidup di Indonesia Timur.
Nyamuk ketiga adalah nyamuk Culex atau nyamuk rumah tangga yang biasa menggigit pada malam hari karena bisa membawa penyakir seperti demam kuning, chikungunya, kaki gajah, dan Japanese Encephalitis yang bisa menyebabkan radang otak.
Ia pun menjelaskan, anak-anak dan bayi lebih rentan dengan gigitan nyamuk.
Itu karena nyamuk lebih memilih menggigit anak-anak atau bayi ketimbang orang dewasa.
Hal itu diungkapkannya dalam acara peluncuran Bebe Roosie Bugs Repellent dari Jamu Jago di Panggung Utama Indonesia Maternity, Baby and Kids Expo (IMBEX) di JCC Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (2/12/2018).
"Kalau ada anak bayi sama ayahnya, pasti nyamuk akan lebih banyak menggigit bayi. Itu karena kulitnya masih tipis, sistem metabolismenya masih cepat, napasnya cepat," kata Ferdy.
Untuk itu, Ferdy mengatakan, hal yang paling aman digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk berbahaya misalnya nyamuk demam berdarah, malaria, dan culex adalah kelambu atau raket nyamuk.
"Tapi sekarang udah jarang yang pakai kelambu," kata Ferdy.
Ia pun tidak menganjurkan menggunakan obat nyamuk semprot karena mengandung DEET.
"Obat nyamuk semprot tidak dianjurkan kecuali terpaksa karena mengandung toxic misalnya DEET dan pestisida," kata Ferdy.
Kandungan DEET (diethyl-meta-toluamide) adalah bahan kimia yang lazim ditemukan dalam obat anti serangga.
DEET telah lama menjadi obat pengusir serangga dari Centers for Disease Control (CDC) dan merupakan obat yang direkomendasikan untuk memerangi kutu dan serangga.
Meski begitu, penggunaan DEET khususnya pada obat anti gigitan serangga juga memiliki sisi lain.
Baca: Jamu Jago Luncurkan Krim Anti-nyamuk Bebas Bahan Kimia Beracun
Dalam beberap kasus, DEET bisa menyebabkan reaksi yang bisa merusak sistem saraf.
Bahkan saat ini American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penggunaannya tidak bisa digunakan sama sekali pada bayi berusia dua bulan ke bawah.