Ada Penderita Diabetes Tidak Merasakan Gejala Awal, Ini yang Mesti Dilakukan
Penderita penyakit diabetes di Indonesia terus mengalami peningkatan. Bahkan Indonesia menempati urutan ke-6 penderita diabetes terbanyak di dunia.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Penderita diabetes di Indonesia terus mengalami peningkatan. Bahkan Indonesia menempati urutan ke-6 penderita diabetes terbanyak di dunia.
Penyakit diabetes ini pun ternyata dapat merangsang penyakit lainnya seperti arteri koroner, stroke, gagal jantung, hingga ginjal.
Dr. Fatimah Eliana dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) menyebutkan penyakit diabetes dapat dengan mudah dideteksi misalnya mengalami penurunan berat badan yang drastis, ataupun banyak buang air kecil.
“Yang bergejala hanya sebagian misalnya berat badan turun, banyak buang air kecil,” kata dr Fatimah saat ditemui di acara Diskusi Diabetes di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/12/2018).
Baca: Bocah Usia Belasan Tahun Ini Sering Ngompol, Kecurigaan Sang Ibu Selamatkannya Dari Diabetes
Terkadang ada juga pengidap diabetes yang tidak memiliki gejala apapun dan tiba-tiba kadar gula di dalam tubuhnya sudah terlalu tinggi.
“Ada yang tidak merasakan gejala apapun tapi glukosa ya tinggi sekali, seperti saat terkana stroke karena glukosanya sudah tinggi,” kata dr Eliana.
Dr. Agung Pranoto, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) menambahkan mereka yang tidak memiliki gejala itu terkadang kandungan gulanya sudah mencapai 300 sampai 400 tapi tidak merasakan apapun.
Baca: Penderita Diabetes Harus Perhatikan Takaran Konsumsi Dua Jenis Buah Ini
“Karena diabetes ini penyebabnya bervariasi ada yang asimtomatik atau tidak ada gejala. Gula 300 sampai 400 tapi gak berasa apapun,” tutur dr. Agung.
Mereka menyarankan agar masyarakat lebih aktif untuk memeriksakan kadar gula dalam tubuh sehingga bisa mengobati lebih cepat jika memang ternyata menderita diabetes.
Saat ini kata dr. Eliana masih banyak juga masyarakat yang tidak bersedia melakukan pemeriksaan darah yang menyebabkan keterlambatan mengetahui penyakit diabetes.
“Paling mudah deteksi lewat darah, tapi gak semua orang bersedia lewat darah kapiler saja sehingga ada keterlambatan diagnosis, gak tahu nanntinya ada diabetes,” pungkas dr Eliana.(*)