BPJS Kesehatan: Urun Biaya Perintah Undang-Undang, Tapi Tidak Berlaku Untuk PBI
Iqbal mengatakan, urun biaya sebenarnya hal yang wajar dilakukan dalam sistem jaminan sosial negara lain.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Humas BPJS Kesehatan, M Iqbal Anas Maruf mengatakan aturan urun biaya merupakan perintah dari Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang SJSN.
Namun, dia menegaskan aturan ini belum diterapkan sekarang. BPJS Kesehatan juga baru memberikan usulan mengenai layanan apa saja yang dikenakan aturan urun biaya.
"Tunggu list layanan yang berpotensi disalahgunakan yang disusun oleh tim. Jadi kita menunggu saja karena usulan kan sudah disampaikan. BPJS Kesehatan sudah menyampaikan usulan apa saja yang harus diurunbiayakan," ujar Iqbal Usai bersama Dirut BPJS Fahmi Idris bertemu Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, Rabu (30/1/2019).
Iqbal mengatakan, urun biaya sebenarnya hal yang wajar dilakukan dalam sistem jaminan sosial negara lain.
Tetapi, di Indonesia yang urun biaya hanya layanan yang berpotensi disalahgunakan karena selama ini ada kecenderungan peserta JKN-KIS meminta layanan kesehatan yang tidak dibutuhkan.
Baca: KPU Umumkan Mantan Napi Korupsi, Ini Rincian Daftar 49 Nama-Nama dan Asal Parpolnya
Misalnya, peserta merasa bahwa penyakit yang dialaminya harus ditangani dokter spesialis. Padahal penyakitnya cukup ditangani dokter umum saja.
Aturan urun biaya ini bisa mengontrol peserta untuk tidak meminta layanan kesehatan yang tidak dibutuhkan, sebab mereka harus membayar tambahan biaya lagi.
Baca: Fuad Bawazier: di Pemerintahan Jokowi, Utang Indonesia Naik 1,2 Triliun Per Hari
Iqbal juga menjelaskan bahwa aturan urun biaya tidak dikenakan terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI).
"Jadi masyarakat tidak perlu resah kalau ada urun biaya dan lain lain, urun biaya tidak diberlakukan untuk Penerima Bantuan Iuran," kata Iqbal.
Capt: Kepala Humas BPJS Kesehatan, M Iqbal Anas Maruf