Jadi Pendonor Sumsum Tulang untuk Ani Yudhoyono, Ini Risiko yang Akan Dirasakan Pramono Edhie
- Pramono Edhie Wibowo akan menjadi pendonor sumsum tulang untuk kakaknya, ibu Ani Yudhoyono.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Pramono Edhie Wibowo akan menjadi pendonor sumsum tulang untuk kakaknya, ibu Ani Yudhoyono.
Saat ini istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat ini sedang berjuang melawan kanker darah di National University Hospital, Singapura.
Anak pertama Susilo Bambang Yudhyono dan Ani Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, membenarkan kabar pamannya itu akan menjadi pendonor sang ibu.
Menurut penuturannya, setelah menjalani berbagai pemeriksaan, pamannya itu berhasil memenuhi 8 parameter yang dibutuhkan dokter untuk kebutuhan transplantasi sumsum tulang belakang.
Baca: Adik Kandung Paling Pas Donorkan Sumsum Tulang Belakang untuk Ani Yudhoyono, Ini Alasan Medisnya
"Yang pasti, delapan parameter darah yang dibutuhkan dokter ada di adik ibu Ani Yudhoyono. Kami bersyukur karena tidak sampai mencari ke mana-mana, bahkan sampai ke seluruh dunia," tuturnya, melansir Kompas.com.
Selain Edhie, semua keluarga besar ibunya pun sudah diperiksa namun hanya sang paman saja yang cocok.
Sedangkan anggota keluarga yang lain hanya bisa memenuhi 4 parameter.
"Delapan parameter dibutuhkan dokter ternyata ada semua di Pramono Edhie Wibowo. Keluarga yang lain mungkin hanya memenuhi empat parameter," sambungnya.
Agus melanjutkan transplantasi sumsum tulang belakang ini merupakan siklus lanjutan dari penanganan medis penyakit kanker darah yang diidap Ani Yudhoyono.
"Saat ini sudah masuk siklus kedua. Semoga semua bisa dilalui dengan lancar," lanjutnya lagi.
Bagi pendonor sumsum tulang, tentu harus memenuhi berbagai persyaratan.
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur menanamkan sel-sel induk darah sehat untuk menggantikan sumsum tulang rusak atau sakit.
Sedangkan bersadarkan Healthline.com, segara setelah mendonor, pendonor kemungkinan bisa saja merasakan kebingungan setelah operasi, pneumonia, stroke hingga serangan jantung.
Sebagian besar risiko ini muncul akibat dari anestesi yang diterima pendonor saat proses transplantasi berlangsung.