Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perokok Aktif dan Perokok Pasif Memiliki Tingkat Risiko Kena Kanker yang Sama

Perokok aktif akan menghirup asap rokok dalam saluran pernapasan mereka, akan tetapi di sisi lain perokok pasif menghirup sisa residu asap rokok

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Perokok Aktif dan Perokok Pasif Memiliki Tingkat Risiko Kena Kanker yang Sama
KOMPAS IMAGES
Jumlah perokok yang besar berkontribusi pada rendahnya produktivitas pekerja Indonesia 

Dia melanjutkan bahwa solusi terbaik adalah dengan berhenti merokok.

Namun, bila hal tersebut sulit untuk dilakukan, dia meminta semua pihak untuk dapat mencari cara lain untuk mencegah bahaya yang ditimbulkan bagi non-perokok maupun lingkungan sekitar mereka tinggal.

Berhenti merokok merupakan proses yang sangat sulit, tetapi sangat penting ketika kita ingin melindungi kesehatan anak bangsa ini.

Baca: Ilmuwan Temukan Cara Menyenangkan Agar Bisa Berhenti Merokok, Sudah Terbukti Efektif

Berbagai langkah telah diambil oleh perokok individu, praktisi kesehatan, dan pemerintah untuk membantu perokok berhenti tetapi tampaknya tidak ada yang cukup efektif.

Sebagai alternatif, banyak penelitian telah mencari solusi untuk mengurangi jejak beracun dari asap rokok tembakau.

Para peneliti mulai mencari kemungkinan produk-produk alternatif yang dapat membantu perokok untuk berhenti serta mengurangi jejak beracun yang disebabkan oleh merokok, seperti rokok elektrik dan vape atau yang juga dikenal sebagai Electronic Nicotine Delivery Systems (ENDS).

Setidaknya sampai hal tersebut terjadi, penemuan-penemuan ini dapat memberikan bukti tambahan bagi Pemerintah untuk melihat ENDS sebagai solusi alternatif dalam mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas merokok.

Berita Rekomendasi

Bagaimana Rokok Elektrik

Studi terbaru ‘A Randomized Trial of E-Cigarettes versus Nicotine-Replacement Therapy’ dari National Institute for Health Research (NIHR) Health Technology Assessment Programme yang dipimpin oleh Peter Hajek, Ph.D. telah menjadi perhatian banyak pengamat dan praktisi kesehatan dunia termasuk Dr. Robert H. Shmerling, MD dari Harvard Medical School yang mengulas studi ini dalam sebuah artikel di Harvard Health Publishing yang berjudul “Can vaping help you quit smoking?”

Dalam artikelnya, Shmerling menuturkan bahaya medis merokok dan membahas studi terbaru yang mengabsahkan kemanjuran rokok elektrik sebagai terapi berhenti merokok yang bahkan lebih efektif dari Nicotine-Replacement Therapy (NRT).

Dalam studi yang dipublikasikan pada Februari 2019 ini, para peneliti merekrut hampir 900 relawan yang ingin berhenti merokok dan secara acak meminta setengahnya untuk memilih rokok elektrik serta setengah lainnya secara acak menggunakan metode NRT seperti nikotin tempel dan permen karet nikotin.

Lebih dalam lagi, studi ini menemukan bahwa 18% relawan yang menggunakan rokok elektrik selama lebih dari 3 bulan telah berhasil menghentikan secara total kebiasaan merokok mereka dibandingkan dengan relawan pengguna NRT yang hanya mencapai 10%.

Selain itu, kelompok rokok elektrik memiliki penurunan yang drastis untuk masalah batuk dan darak dibandingkan kelompok NRT yang justru mencatat rasa mual lebih tinggi daripada kelompok rokok elektrik.

Temuan ini merupakan rangkaian studi lanjutan sebelumnya di tahun 2014 dan telah dipublikasikan oleh BMC Public Health, sebuah jurnal peer-review terkemuka bidang epidemiologi dan kesehatan masyarakat, yang melihat implikasi dari rokok elektrik dan menemukan bahwa paparan dari rokok elektrik berupa uap tidak berdampak negatif bagi orang disekitarnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas