Niatnya Ramah Lingkungan, Ada Bahaya di Balik Mengisi Ulang Botol Plastik Kemasan
Anda pernah mengisi ulang botol plastik kemasan yang isi aslinya telah habis. Mungkin niatnya ramah lingkungan tapi ternyata bahaya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ada satu 'hobi' unik yang hampir dilakukan oleh semua orang.
Kebiasaan itu tak lain adalah mengisi ulang botol plastik kemasan yang isi aslinya telah habis.
Kebanyakan niatnya ramah lingkungan, tidak rela membuangnya sehingga memilih untuk mengisinya kembali.
Meski terdengar ramah lingkungan, kebiasaan semacam ini ternyata buruk untuk kesehatan.
Menurut para ahli, botol air minum mengandung Bisphenol A atau BPA alias bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi plastik.
Bahan kimia ini berbahaya dan dapat larut dalam air serta dapat menumbuhkan bakteri berbahaya pada celah botol.
Kent Atherton CEO PuriBloc technology, perusahaan teknologi pemurnian air, banyak orang yang membeli botol air plastik dan melakukan isi ulang tanpa tahu risikonya.
Baca: Pagi Ini Udara Jakarta Tak Sehat, Wilayah Pejaten Paling Buruk, Anies Curiga Jalan Tol Penyebabnya
"Bahkan produk bebas BPA tidak aman karena produsen sekarang mengganti bahan kimia estrogenik lainnya, yang tidak diketahui secara luas, dapat menimbulkan bahaya yang sama bagi kesehatan manusia," ungkap dia.
Bahan kimia estrogenik ini dapat memiliki efek negatif pada keseimbangan hormon manusia, tetapi potensi bahaya botol air plastik tidak berhenti di situ.
Dalam sebuah penelitian terhadap 259 botol air plastik di State University of New York, Fredonia, AS, terungkap, 93 persen botol tersebut mengalami beberapa bentuk kontaminasi mikroplastik.
Selain itu, botol plastik sekali pakai sebagian besar terbuat dari polietilen tereftalat atau PET, yang aman digunakan.
Namun, botol tersebut tidak dapat digunakan kembali karena dapat melarutkan bahan kimia ke dalam air yang kita minum jika dipanaskan atau tergores.
Menurut Profesor Stephanie Liberatore dalam jurnal akademik The Science Teacher, botol atau wadah air tentu sering bersentuhan dengan mulut dan tangan.
Baca: Panitia Kurban di Jakarta Tak Pakai Plastik, Gantinya Besek Bambu Seharga Rp2 Ribu
Inilah yang menyebabkannya menjadi penuh dengan kuman.