Indonesia Dapat Menjadi Negara Mandiri di Bidang Obat-obatan kata Menteri Kesehatan RI
Potensi pasar obat-obatan di Indonesia dapat mendorong peningkatan investasi di sektor farmasi.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Potensi pasar obat-obatan di Indonesia dapat mendorong peningkatan investasi di sektor farmasi. Oleh karena itu, industri farmasi menjadi salah satu fokus utama pemerintah saat ini.
“Indonesia diharapkan dapat menjadi negara mandiri di bidang obat-obatan. Sebuah negara yang memiliki ribuan pulau berpenghuni, dengan jumlah penduduk pencapai 267 juta jiwa, merupakan salah satu pasar farmasi potensial,” ungkap Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Nila Farid Moeloek usai peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku obat, di Karawang New Industry City (KNIC), Kamis (8/8/2019).
Indonesia dengan penduduk yang heterogen dengan geografisnya yang sedemikian luas, lanjut menteri, membutuhkan penangan kesehatan yang komprehensif.
“Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Bangsa kita ini heterogen. Negara archipelago state dengan geografis yang luas. Sehingga potensial berbagai penyakit masih sangat dimungkinkan,” katanya.
Nila Farid Moeloek juga mengapresiasi, PT. BrightGene Biomedical Indonesia, yang secara jeli melihat peluang ini dengan baik.
“Saya apresiasi kepada PT. BrightGene Biomedical Indonesia bekerjasama dengan BrightGene Bio-Medical Technology Cina. Kemitraan ini bagus. Selain memikirkan kebutuhan dalam negeri, juga memikirkan profit balance dengan mengembangkan pasar ke luar negeri. Dengan ekspor obat-obatan keluar, kemitraan ini dapat menghidupkan industri obat di negera kita,” tuturnya.
Kerjasama ini, lanjut menteri, menjadi pencapaian yang luar biasa.
“Langkah ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk memastikan kehidupan yang sehat bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan” tutupnya.
Hadir di acara ini, Presiden Brightgene Bio-Medical Technology Co., Ltd. Cina, Dr. Yuan Jiandong, dan Komisaris PT. BrightGene Indonesia, Johannes Setijono. Hadir juga Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes, selaku Deputi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Duta Besar RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun, para pejabat terkait Pemerintah Kota Karawang, serta sejumlah unsur pemimpin perusahaan.
Komisaris PT. BrightGene Indonesia, Johannes Setijono, dalam sambutannya menyampaikan, bangga menjadi salah satu perintis produksi sejumlah bahan baku farmasi.
“Tujuannya dapat mengurangi impor bahan baku maupun obat jadi yang bahan bakunya belum tersedia,” ujarnya.
Selain itu, menurut Johannes, pihaknya akan memasarkan bahan baku dan produk jadi aktif dengan kualitas baik dan harga yang kompetitif ke negara tetangga ASEAN.
“Sehingga kami dapat berpartisipasi meningkatkan kemandirian dan daya saing industri farmasi nasional dan berkontribusi dalam penurunan pemakaian devisa impor obat dan bahan bakunya,” urainya.
Pabrik bernilai investasi total sebesar Rp 580 Miliar ini dibangun di atas lahan seluas 25,000 meterpersegi di dalam KNIC, di sebuah kawasan industri terintegrasi kelas dunia di Indonesia.
Dr. Yuan Jiandong, selaku Presiden dari Brightgene Bio-Medical Technology Co., Ltd. Cina mengharapkan, usaha patungan ini dapat menjadi pemasok independen utama atas produk-produk dan bahan baku farmasi aktif.
“Kami bisa memenuhi permintaan atas pasokan obat dalam negeri Indonesia yang meningkat. Kerjasama ini kami harapkan dapat meningkatkan kerjasama melalui pertukaran teknologi, sumber daya dan ilmu pengetahuan antara Indonesia dan Cina,” kata Yuan Jiandong.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Kepala BPOM RI , Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes, mengutarakan, Brightgene akan memproduksi obat anti-virus dan anti-kanker secara lokal.
Upaya ini, menurutnya, sangat penting dalam rangka membantu banyak penderita penyakit kanker dan infeksi virus, khususnya di Indonesia.
“Untuk menjaga kualitas produk bahan baku obat (BBO), BPOM mengawal agar pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dapat diterapkan sesuai standar. Diharapkan produk-produk BBO Brightgene dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor,” ujarnya.
Duta Besar RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun, dalam kesempatan tersebut menyampaikan, bahwa Cina merupakan mitra strategis dalam berbagai bidang. Cina menjadi salah satu negara penting dalam hubungan diplomatik Indonesia dan terus berkembang ke arah positif.
"Oleh karena itu kami sangat berterima kasih atas upaya kerjasama ini. Kami melihat bahwa corporation all sector itu salah satu fondasi hubungan antar kedua Negara. Oleh karena itu Kedutaan Indonesia membantu sepenuhnya kerjasama yang dilakukan di bidang kesehatan antara Cina dan Indonesia. Karena ini memang menjadi prioritas bapak Presiden,” papar Djauhari Oratmangun.