Bagaimana Menghadapi Orang yang Punya Penyakit Tertawa Tanpa Sebab Seperti Joker?
Arthur Fleck, tokoh utama di Film Joker, mengalami penyakit yang disebut Pseudobulbar Affect (PBA) atau refleks tertawa tanpa sebab.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat berhadapan dengan orang yang mengalami Pseudobulbar Affect (PBA) atau refleks tertawa tanpa sebab seperti Arthur Fleck, tokoh utama di Film Joker, tentunya kita harus menjaga sikap.
Kalau anjuran dari psikolog Monica Sulistiawati yang pertama jangan memberikan respon negative seperti mencibir atau mengkritik saat gangguan tersebut muncul.
"Upayakan respon yang diberikan bersifat netral seolah-olah episode gangguan tersebut tidak berlangsung," ungkap Monica kepada Tribunnews.com, Rabu (9/10/2019).
Baca: Saat Stres Melanda, Penting Cari Teman Bercerita
Baca: Kondisi Irish Bella Sudah Membaik, Dokter Membolehkannya Pulang
Baca: Lemak Berlebihan dalam Tubuh Berisiko Alami Depresi
Kedua, saat penderita PBA sedang tidak mampu mengontrol tawanya, jangan ikut menertawakan karena bisa memancing rasa amarah mereka yang nantinya memperpanjang durasi tertawanya.
Sementara itu durasi tertawa penderita PBA ini bisa berlangsung dalam detik saja dan ada juga yang durasinya panjang hingga hitungan menit.
"Jangan ikut menertawakan karena dapat meningkatkan emosi frustasi dan marah si penderita, yang justru akan semakin menambah panjang durasi tangis atau tertawanya," ucap Monica.
Dukungan sangat diperlukan bagi penderita PBA agar kondisi mental mereka terus stabil dan apabila memiliki kedekatan bisa membantu menyarakan untuk menanggulangi PBA dengan bantuan dari ahli.
Baca: Terjadi 63 Kasus Penyelundupan Benih Lobster di Tahun 2019
Baca: Gerindra Tentukan Sikap Jadi Oposisi Atau Masuk Koalisi Pemerintah Pada 17 Oktober 2019
Baca: Kementerian Sosial Salurkan Bantuan Tahap Ketiga Buat Pengungsi Nduga
"Bagi orang terdekat berikan dukungan pada si penderita untuk sesegera mungkin mencari bantuan dan penanganan, misalnya dengan melakukan konsultasi ke neurologist, psikolog, atau psikiater," kata Monica.
Bantuan dari ahli ini sangat diperlukan orang dengan PBA karena mereka akan mengalami kecemasan dan rasa malu dalam melakukan aktivitas sehari-harinya di depan umum sehingga sulit untuk berinteraksi dengan sekitar.
"Ini akan memicu terjadinya keengganan untuk berinteraksi sosial, menutup diri, dan menurunnya kualitas hidup si penderita sehingga memang sangat perlu ditangani," ucap Monica.