Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Cerita Mantan Penderita Tuberkulosis, dari Sadar Sakit dan Perubahan Lingkungan

Nurdin, pria asal Garut, Jawa Barat sudah tidak lagi bolak-balik ke puskesmas, minum obat maupun tahapan pengobatan lainnya karena sudah sembuh.

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Cerita Mantan Penderita Tuberkulosis, dari Sadar Sakit dan Perubahan Lingkungan
Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy
Nurdin berfoto di lantai dua rumahnya yang digunakan sebagai ruangan tidur anak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, GARUT — Nurdin, pria 37 tahun asal Garut, Jawa Barat sudah tidak lagi bolak-balik ke puskesmas, minum obat maupun tahapan pengobatan lainnya karena kini ia sudah sembuh dari tuberkulosis.

Keberhasilan Nurdin ini karena ketekunanya mengonsumsi obat secara teratur selama enam bulan sehingga berhasil membunuh kuman TB yang sempat bersarang di tubuhnya.

“Awal mula ya (capek) tapi keinginan untuk sembuh jadi saya paksain, lama-lama biasa jadi gak jadi beban,” ungkap Nurdin saat ditemui di kediamannya di Jalan Guntur, Kampung Bentar Girang, Garut, Jawa Barat, Selasa (28/1/2020).

Nurdin menceritakan setelah ia terdiagnosa tuberkulosis istrinya juga ikut positif tuberkulosis sehingga mereka saling mengingatkan agar bisa sembuh.

“Untuk obat sama istri, karena istri juga kena ya kita saling ngawasin, saling mengingatkan,” tutur Nurdin.

Penyakit tuberkulosis ini memang bisa menular dari manusia ke manusia misalnya melaui partikel kecil dari mulut atau droplet.

Baca: Wabah Virus Corona, Penjualan Masker di Apotek Tangsel Meningkat

Baca: Mengintip Rumah Sehat yang Luasnya 2x6 Meter Milik Mantan Penderita TBC

Berita Rekomendasi

Kemudian kondisi rumah yang hanya 2x6 meter persegi dan tanpa sirkulasi udara yang bagus juga jadi faktor Nurdin dan istrinya terkena tuberkulosis.

“Dulu rumah saya pengap, gak ada cahaya matahari yang masuk,” ucap Nurdin.

Sebelum terkena tuberkulosis Nurdin juga sempat menjadi buruh bangunan bagian mengamplas dinding sehinga banyak debu yang terhirup yang memancing tuberkulosis.

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Bandung mengambil sampel dari pisau yang digunakan karyawan di salah satu gerai kuliner dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia 2018, di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Senin (9/4/2018). Kegiatan ini, untuk membangun kesadaran masyarakat tentang penyakit TBC serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut. Selain memeriksa para penjamah makanan atau para karyawan gerai kuliner di area bandara, juga dilakukan penyuluhan terkait TBC dan pendataan calon penumpang. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Bandung mengambil sampel dari pisau yang digunakan karyawan di salah satu gerai kuliner dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia 2018, di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Senin (9/4/2018). Kegiatan ini, untuk membangun kesadaran masyarakat tentang penyakit TBC serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut. Selain memeriksa para penjamah makanan atau para karyawan gerai kuliner di area bandara, juga dilakukan penyuluhan terkait TBC dan pendataan calon penumpang. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

“Walaupun pakai masker ada debu-debu lembut yang gak kerasa masuk, pas dicek infeksi dan lebih spesifikasi tempat tinggal mendukung TB juga,” kata Nurdin.

Gejala awal yang dialami Nurdin adalah mengalami batuk panjang hingga dua minggu dan berkeringat di malam hari serta menggigil saat sore ke malam hari.

Nurdin juga berani memeriksakan dirinya ke dokter dibantu oleh ormas Aisyiyah yang tidak hanya mendampingi saat perawatan tapi juga memberikan bantuan renovasi rumah.

Baca: Viral Video Pria Bagikan 500 Masker ke Kantor Polisi di China, Dapat Sikap Hormat dari Petugas

Baca: Gara-gara Virus Corona, Warga Indonesia di China Sebut Harga Masker Melonjak, 1 Masker Rp 190.000

Aisyiyah bekerjasama dengan Yayasan Arsitektur Hijau dan mendapatkan sumbangan dengan total Rp 24 juta untuk merombak rumah Nurdin yang hanya memiliki lahan 2x6 persegi saja menjadi rumah tinkat dengan tinggi sampai 12 meter.

Rumah yang tadinya hanya satu lantai dibuat menjadi empat lantai sehingga sirkulasi udara masuk dari pintu depan, dan lobang-lobang udara dari jendela di sisi ruangan, maupun ruangann kosong jeda antar lantai.

Rumah Nurdin juga dilengkap dengan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang dibangun menggunaka dana sumbangan dari berbagai pihak pada tahun 2017 lalu.

Pembangunan rumah yang kebanyakan menggunakan bahan bangunannya dari baja itu pun dibangun hanya sekitar dua minggu dan diperkirakan bisa bertahan selama 15 tahun.

Walaupuh sudah memiliki kaca dan lobang ventilasi Nurdin juga rajin membuka jendela dan pintu rumah untuk lebih memberikan ruang untuk matahari masuk ke rumahnya.

Sinar matahari merupakan bahan alami yang dapat memberantas bakteri-bakteri pembawa penyakit khususnya bakteri tuberkulosis.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas