Heboh Daging Babi 'Disulap' Jadi Daging Sapi di Bandung, Kenali Boraks pada Makanan dan Bahayanya
Kasus daging sapi ternyata daging babi di Bandung bikin heboh. Pelakunya mengaku pakai boraks
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Kasus daging babi yang diolah menjadi mirip seperti daging sapi sedang heboh di Kabupaten Bandung.
Dalam penulusurannya, petugas mendapati pelaku menggunakan zat kimia bernama boraks.
Baca: FAKTA Penjual Daging Sapi yang Ternyata Daging Babi, Sudah Terjual 63 Ton hingga Harga Lebih Murah
Melansir Kompas.com, Boraks memiliki nama lain natrium tetraborat dan sodium tetraborat.
Dilansir Hello Sehat, boraks umumnya berupa bubuk putih yang terdiri dari kristal-kristal tak berwarna dan mudah larut di air.
Boraks mengandung senyawa boron yang diperoleh secara alami dari hasil proses kristalisasi penguapan tambang garam atau kawah lumpur.
Selain terbentuk secara alami, zat kimia ini juga dapat diproduksi secara buatan dari berbagai kumpulan senyawa boron.
Boraks umumnya digunakan sebagai pengawet di dunia industri.
Baca: Viral Pedagang Daging Sapi yang Ternyata Daging Babi, Ini Cara Membedakan Daging Sapi dan Babi
Zat pengawet ini kerap digunakan untuk membuat campuran detergen, glasir enamel gigi buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, salep kulit, dan pengawet kayu.
Selain itu, boraks juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk produk pelembab, krim, sampo, gel, losion, sabun mandi, scrub, dan garam mandi.
Penggunaan Boraks pada Makanan
Sebelum kasus daging babi diubah supaya mirip daging sapi dengan boraks, kita kerap mendengar zat pengawet ini digunakan dalam makanan tertentu seperti bakso, mie, jajanan pasar, dan lain sebagainya.
Padahal, pemakaian boraks dalam makanan sudah dilarang dalam undang-undang banyak negara.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pun melarang penggunaan boraks pada makanan.
Ketika boraks digunakan dengan dosis berlebihan, maka kesehatan tubuh yang jadi taruhan.
Terlebih zat pengawet ini ditujukan untuk dunia industri, bukan makanan.
Pakar toksikologi Universitas Indonesia (UI), Dr. Rer. Nat. Budiawan menjelaskan, boraks dalam dosis berlebih dapat merusak ginjal, otak, hati, usus, dan sistem metabolisme.