Dexamethasone, Steroid Generik Murah yang Diklaim Bisa Turunkan Angka Kematian Corona
Penelitian ini dilakukan untuk mencoba apakah obat jenis ini mampu mengobati pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para Ilmuwan di Inggris telah melakukan penelitian terhadap obat steroid generik 'dexamethasone' yang biasa digunakan untuk mengurangi peradangan.
Penelitian ini dilakukan untuk mencoba apakah obat jenis ini mampu mengobati pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19).
Namun dari hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan di Universitas Oxford ini, apakah dexamethasone mampu menjadi solusi di tengah mewabahnya virus tersebut ?
Dikutip dari laman Indian Express, Kamis (18/6/2020), menurut para ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap obat ini, hasilnya menunjukkan bahwa pemberian dexamethasone dosis rendah kepada pasien corona, mampu mengurangi tingkat kematian sekitar sepertiga dari total pasien yang mengalami infeksi terparah.
Data lebih lanjut juga memperlihatkan obat ini mampu mengurangi risiko kematian bagi pasien yang menggunakan ventilator, dari 40 persen menjadi 28 persen.
Baca: Obat Dexamethasone Mendadak Tenar, Seperti Apa Kegunaannya Selama Ini Pada Dunia Medis?
Sementara untuk pasien yang membutuhkan oksigen, penggunaan dexamethasone diklaim bisa mengurangi risiko kematian dari 25 persen menjadi 20 persen.
Para ilmuwan pun memprediksi obat itu tidak hanya bisa mencegah terjadinya satu kematian untuk setiap delapan pasien yang dirawat dengan bantuan mesin penunjang pernafasan (ventilator).
Baca: Pandemi Covid-19 Bikin Harga Mobil Bekas Anjlok, Ini Ragam Pilihan Mobkas Harga Rp 70 Jutaan
Namun juga mencegah satu kematian untuk setiap 25 pasien yang hanya menggunakan tabung oksigen saja.
Seperti yang disampaikan seorang Profesor dari Universitas Oxford, Martin Landray.
"Ini adalah hasil yang menunjukkan bahwa jika pasien yang menderita corona dan menggunakan ventilator atau oksigen diberikan dexamethasone, obat ini akan menyelamatkan nyawa mereka, dan biaya yang dikeluarkan pun relatif jauh lebih rendah," ujar Landray.
Kendati demikian, dexamethasone tampaknya tidak berdampak signifikan bagi mereka yang baru mengalami gejala corona, karena mereka tidak membutuhkan alat penunjang pernafasan.
Sehingga penggunaan dexamethasone pada mereka yang baru terkena gejala awal corona, tidak terlalu efektif.
Baca: Cerita Lengkap Pembunuhan Wanita Terapis Pijat Plus-plus yang Mayatnya Dimasukkan ke Kardus
Di Amerika Serikat (AS), harga eceran rata-rata untuk jenis obat steroid generik ini berada di bawah 50 dolar AS. Sedangkan di Inggris, harga obat ini mencapai sekitar 5 poundsterling.
"Ada manfaat yang jelas bisa kita peroleh dari obat ini, perawatan hingga 10 hari menggunakan dexamethasone hanya mengeluarkan biaya sekitar 5 poundsterling per pasien. Jadi, pada dasarnya hanya perlu mengeluarkan 35 poundsterling untuk menyelamatkan hidup seseorang dari corona. Obat ini pun mudah ditemukan dan tersedia secara global," tegas Landray.
Baca: KPK Dalami Dugaan Hubungan Spesial Istri Nurhadi dengan Pegawai MA
Sebelumnya, muncul kabar yang menyebut dexamethasone memiliki fungsi yang sama dengan obat yang diklaim Presiden AS Donald Trump mampu mengobati pasien corona, yakni hydroxychloroquine (HCQ) dan chloroquine (CQ).
Seperti yang disampaikan Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock. Ia memuji steroid generik yang disebut 'dexamethasone' itu bisa digunakan untuk merawat pasien corona.
Baca: Tips Maksimalkan Fitur Kamera di Vivo V19 untuk Hasil Foto Lebih Maksimal
Sejauh ini, menurutnya, ini merupakan 'kabar terbaik' dalam penanganan krisis kesehatan corona.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (17/6/2020) kemarin, hasil uji coba yang diumumkan pada hari Selasa kemarin menunjukkan bahwa dexamethasone yang biasanya digunakan untuk menangani peradangan pada penyakit seperti radang sendi, berhasil mengurangi angka kematian sekitar sepertiga pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gejala corona terparah.
"Itu memang meningkatkan peluang anda untuk bertahan hidup secara cukup signifikan," kata Hancock.
Ia menambahkan bahwa semua pasien di Inggris akan segera menerima obat itu.
"Inggris tidak boleh mengimpor kembali virus dari tempat lain," tegas Hancock.
Hal ini mengacu pada sistem penguncian (lockdown) yang mulai dilonggarkan di negara itu, dan bisa saja memunculkan kasus corona gelombang kedua.
Hancock pun bersikeras bahwa program karantina yang tepat harus dilakukan.
Kabar terkait pengobatan efektif pertama yang diklaim ampuh obati pasien corona ini pun akan segera ditindaklanjuti karena steroid ini tersedia secara luas dan murah, serta memberi harapan baru bagi penurunan angka kematian akibat pandemi corona.
Seperti yang disampaikan Sekjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menanggapi positif kabar tersebut.
"Ini adalah kabar bagus dan saya mengucapkan selamat kepada pemerintah Inggris, Universitas Oxford, dan banyak rumah sakit di Inggris yang telah berkontribusi pada terobosan ilmiah yang menyelamatkan nyawa ini," kata Adhanom.
Sebelumnya, para peneliti yang dipimpin oleh tim dari Universitas Oxford telah memberikan dexamethasone kepada lebih dari 2.000 pasien dengan gejala Covid-19 parah.
Sejak 1 Juni lalu, Inggris memang telah secara bertahap mulai keluar dari penerapan sistem lockdown, sejalan dengan roadmap yang diumumkan sebelumnya.
Peraturan pertama yang diterapkan adalah mengurangi aktivitas warga di luar ruangan, di taman maupun ruang publik.
Kemudian pada pekan ini, negara itu memasuki tahap kedua dari relaksasi lockdown.
Namun kebijakan seperti membuka kembali toko-toko non-esensial, kebun binatang dan taman hiburan, serta mengirim siswa kembali ke sekolah, masih menjadi pertanyaan yang belum diputuskan.
Sementara terkait sektor pariwisata dan travel, semua pendatang baru yang memasuki Inggris harus dikarantina selama 14 hari.
Para wisatawan asing ini juga harus memberikan rincian kontak kepada pemerintah Inggris terkait lokasi di mana mereka akan menginap selama masa karantina itu.