Ejakulasi Dini Bukan karena Faktor Psikologis, Simak Penjelasan Ahli
Banyak yang mengira masalah ejakulasi dini pada pria disebabkan oleh faktor psikologis.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak yang mengira masalah ejakulasi dini pada pria disebabkan oleh faktor psikologis.
Medical Sexologies dr. Binsar Martin Sinaga FIAS meluruskan anggapan tersebut. Yang ditekannya, yakni masalah ejakulasi dini pada pria adalah masalah klinis.
"Orang banyak bilang ini maslaah psikologis ternyata dari segi kedokteran ejakulasi dini itu persoalan klinis bukan psikologis," ucap dr. Binsar saat live talkshow bersama Tribunnews.com, Kamis (25/6/2020).
Pertama ejakulasi dini pada pria terjadi karena adanya gangguan pada syaraf eurologis yang membuat refleks syaraf di bagian Mr. P yang mengatur ejakulasi mengalami gangguan.
Baca: Dokter Ungkap Gejala Ejakulasi Dini yang Tidak Terlihat Secara Tampilan Fisik
"Ejakulasi itu diatur prostat dan vesikula seminalis yang akan mengeluarkan cairan semen, kalau syaraf terganggu oleh karena susunan syaraf atau trauma karingan syaraf maka bisa terjadi ejakulasi cepat karena syaraf yang terganggu," kata dr. Binsar.
Kemudian ejakulasi juga disebabkan oleh masalah gangguan pada hormon testosteron yang mempengaruhi libido dan kekuatan otot Mr. P.
Baca: Benarkah Obat Kuat dan Torpedo Kambing Mampu Atasi Disfungsi Ereksi? Ini Penjelasan Ahli
Kalau hormon terganggu maka akan berisiko menimbulkan ejakulasi dan masalah penurunan hormon ini bisa disebabkan oleh karena gaya hidup tidak sehat maupun masalah umur.
"Hormon testosteron yang terganggu atau kadarnya berkurang akan menyebabkan ejakulasi, makanya pria usia 50 tahun ke atas kadar hormonnya kan mulai berkurang menyebabkan ejakulasi cepat juga," ungkap dr. Binsar.
Lalu karena terjadi masalah ejakulasi akibat syaraf dan hormon barulah muncul masalah psikologis karena khawatir tidak bisa menyebabkan pasangan dan timbul kecemasan-kecemasan lainnya.
"Jadi terjadi gangguan testeron baru terjadi psikologis. Kalau hormon terganggu, mudah cemas, tidak bsia menikmati hidup lalu kekuatan fisik menurun," kata dr. Binsar.