Ketahui Pentingnya Peran Obat Antidiabetes untuk Pasien Gagal Jantung
Sebagian besar kasus gagal jantung bersifat permanen dengan angka harapan hidup lebih rendah.
Editor: Willem Jonata
Terapi standar untuk gagal jantung adalah dengan obat-obatan, pemasangan alat di jantung, dan tranplantasi jantung. Namun untuk dua terapi terakhir, biayanya sangat tinggi.
Pemasangan alat pacu jantung terbaru dan advance seperti left ventricular assist device (LVAD) dan transplantasi jantung bahkan belum tersedia di Indonesia.
Oleh karena itu, dikembangkannya obat-obatan baru yang terbukti bisa mengurangi angka kesakitan dan kematian pasien gagal jantung tentu sebuah berita yang ditunggu-tunggu.
Salah satu penelitian terbaru untuk pengobatan gagal jantung datang dari obat diabetes golongan SGLT2, yakni Empagliflozin.
Dijelaskan oleh Prof. dr. Ketut Suastika dari FK Udayana Bali, awalnya SGLT2 ini memang obat antidiabetes.
Tetapi rupanya dalam perkembangannya, obat ini tidak hanya bermanfaat menurunkan gula darah saja, tetapi ia juga memiliki efek positif lainnya.
“Obat ini bisa membantu mengeluarkan kelebihan garam melalui ginjal, memperbaiki tekanan darah, dan mengurangi kegemukan, dan banyak efek manfaat lain, termasuk menekan peredangan. Semua itu semua berkontribusi pada perbaikan gejala gagal jantung, baik pada pasien diabetes maupun nondiabetes,” jelas Prof. Suastika
Uji klinis EMPEROR-Reduced Fase III yang diumumkan oleh Boehringer Ingelheim baru-baru ini, menunjukkan ada penurunan kematian akibat kardiovaskular dan penurunan rawat inap karena gagal jantung sebesar 25 persen pada penderita gagal jantung dengan dan tanpa diabetes tipe 2 yang diberikan Empagliflozin.
Sebelumnya, pada uji klinis EMPA-REG OUTCOME juga telah ditemukan bahwa Empagliflozin merupakan inhibitor SGLT2 pertama yang menunjukkan penurunan kematian dan rawat inap terkait kardiovaskular akibat gagal jantung pada orang dengan diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya.
Saat ini Empagliflozin merupakan Obat Anti Diabetes pertama dengan indikasi kardiovaskular pada pasien dengan diabetes tipe 2, namun belum diindikasikan untuk pengobatan gagal jantung.
Hasil uji klinis ini adalah hal baru, sehingga perlu waktu bagi otoritas lokal di Indonesia untuk menyetujui obat tersebut diindikasikan untuk gagal jantung.
Gagal jantung bisa dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes. Menurut dr. Siti, pemilihan obat untuk pasien sejak awal terdiagnosis harus tepat, entah itu pasien hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung koroner.
Jika pasien memiliki faktor risiko gagal jantung, maka dicegah untuk tidak menjadi gagal jantung. dengan memberikan terapi terbaik.
“Mekanisme gagal jantung itu sangat kompleks melibatkan banyak jalur. Meksipun SGLT2 belum diketahui bisa menghambat (proses terjadinya gagal jantung) dari jalur mana, namun dari penelitian terbukti efeknya sangat positif untuk pasien gagal jantung, baik disertai diabetes maupun tanpa diabetes,” tutur dr. Siti.
Apabila pasien diabetes, hipertensi maupun penyakit jantung koroner saat terdiagnosis pertama kali sudah memiliki gejala awal gagal jantung, bisa diberikan terapi agresif dengan tujuan memperbaiki kualitas hidupnya akan mencegah perawatan rumah sakit berulang.
Dengan begitu kualitas hidup pasien membaik dan tidak berkembang menjadi gagal jantung tahap akhir.