Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ibu Hamil yang Kena Polusi Udara Bakal Berdampak Pada Berat Lahir, Bayi Bisa Prematur

Saat imunitas bayi belum terbentuk sempurna, faktor luar yang mempengaruhi kesehatan akan berdampak besar pada bayi.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ibu Hamil yang Kena Polusi Udara Bakal Berdampak Pada Berat Lahir, Bayi Bisa Prematur
BBC
Bayi lahir prematur di dalam inkubator. 

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat imunitas bayi belum terbentuk sempurna, faktor luar yang mempengaruhi kesehatan akan berdampak besar pada bayi.

Pada polusi udara misalnya, bayi-bayi memiliki risiko tertinggi terkena dampak. Dari gangguan kesehatan hingga kematian.

Sebuah studi global menemukan pencemaran udara menjadi risiko kematian ke-4 tertinggi di seluruh dunia.

Sebuah analisis komprehensif pertama tentang dampak global polusi udara menemukan bahwa materi partikulat dari polusi di luar ruangan dan rumah tangga berkontribusi pada kematian hampir 500.000 bayi pada bulan pertama kehidupan mereka.

Dalam laporan terbaru State of Global Air 2020 (SoGA 2020) oleh Health Effects Institute bekerja sama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME2) di University of Washington, dan University of British Columbia, terungkap bahwa hampir dua pertiga dari kematian ratusan ribu bayi tersebut terkait dengan penggunaan bahan bakar padat seperti arang, kayu, dan kotoran hewan untuk memasak.

Baca juga: Seorang Bayi yang Lahir Prematur di Pesawat Ini Dapat Sambutan Hangat dari Kru Maskapai

Baca juga: Manfaat Susu Ibu Hamil untuk Mengurangi Mual di Awal Kehamilan

Tidak hanya itu, secara keseluruhan, paparan polusi udara luar ruang dan rumah tangga dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap lebih dari 6,7 juta kematian tahunan akibat stroke, serangan jantung, diabetes, kanker paru-paru, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit neonatal di seluruh dunia sepanjang tahun 2019.

Berita Rekomendasi

Untuk bayi dengan usia muda, sebagian besar kematian terjadi karena komplikasi akibat berat badan lahir yang rendah dan kelahiran prematur.

Secara keseluruhan, polusi udara sekarang menjadi penyebab kematian dini ke-4 di antara semua risiko kesehatan.

Peringkat ini tepat di bawah kematian akibat merokok dan pola makan yang buruk, menurut laporan tahunan SoGA 2020.

“Kesehatan bayi sangat penting bagi masa depan setiap masyarakat, dan bukti terbaru ini menunjukkan risiko yang sangat tinggi untuk bayi yang lahir di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika,” kata Dan Greenbaum, Presiden HEI seperti dikutip dari siaran pers yang diterima, Rabu (21/10/2020).

Meskipun telah terjadi penurunan secara perlahan dan stabil dalam ketergantungan rumah tangga pada bahan bakar berkualitas rendah, polusi udara dari bahan bakar ini terus menjadi faktor kunci dalam kematian bayi usia muda ini.

Para peneliti mengingatkan bahwa bayi di bulan pertama kehidupan sudah berada pada tahap yang rentan.

Telah banyak bukti ilmiah dari berbagai negara yang juga menunjukkan bahwa paparan partikulat polusi udara selama kehamilan akan berdampak pada berat lahir yang rendah dan kelahiran prematur.

Dua kondisi tersebut juga dipastikan memicu komplikasi serius, yang kemudian tercatat menyebabkan sebagian besar kematian pada periode neonatal mencapai 1,8 juta pada 2019.

Analisis terbaru SoGA tahun ini memperkirakan bahwa sekitar 20 persen kematian bayi dalam periode tersebut disebabkan oleh polusi udara ambien dan rumah tangga.

Meskipun kebijakan berkelanjutan di beberapa negara telah menghasilkan perbaikan kualitas udara yang sederhana, laporan ini juga membeberkan bahwa hanya ada sedikit – bahkan tidak ada kemajuan berkelanjutan – di beberapa negara-negara paling berpolusi di kawasan Asia Selatan dan Afrika.

Laporan ini juga menggarisbawahi, bahwa di saat China kini sedang membuat kemajuan dalam mengurangi polusi udara, negara-negara di Asia Selatan termasuk Nepal, Pakistan, Bangladesh, dan India malah terus mengalami tingkat polusi udara ambien yang sangat tinggi.
Di sisi lain, analisis ini juga mengungkap bahwa China dan India bersama-sama bertanggung jawab atas lebih dari setengah total kematian global. Sepanjang 2019, terhitung 2,3 juta kematian terjadi akibat polusi udara.

Laporan SoGA 2020 juga menyoroti tantangan untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh paparan polusi udara rumah tangga dari pembakaran bahan bakar padat yang tidak hanya berdampak pada bayi.

Menurut laporan ini, meski terjadi penurunan sebesar 11 persen selama dekade terakhir, 49 persen populasi dunia (yaitu sekitar 3,8 miliar orang) dipastikan masih terpapar polusi udara rumah tangga akibat memasak pada tahun 2019. Kebanyakan dari mereka adalah penduduk yang tinggal di 17 negara. Paparan udara kotor tersebut terkait erat dengan tingkat perkembangan sosio demografi dan ekonomi negara. (*/Lis)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas