Sama dengan 8 Negara Ini Menkesnya Bukan Dokter, IDI hingga Akademisi Tuggu Gebrakan Budi Gunadi
Sama seperti 8 negara yang Menkesbta bukan dokter.Apa pendapat dan harapan publik tentang sosok Budi Gunadi Sadikin sang Menkes baru?
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Budi Gunadi Sadikin yang bukan dari kalangan dokter lalu diangkat sebagai menteri kesehatan menjadi topik pembicaraan hangat.
Seperti diketahui, Budi Gunadi termasuk 1 dari 6 menteri saat Jokowi melakukan reshuffle Menteri Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 .
Budi Gunadi menggantikan dr Terawan Agus Putranto.
Baca juga: Dekan Fakultas Kedokteran UI: Tidak Masalah Menkes Bukan Dokter Asal Bisa Jadi Komandan yang Baik
Baca juga: Budi Gunadi Sadikin Ditunjuk Jadi Menteri Kesehatan, Begini Kata Ekonom Faisal Basri
Bila selama ini menteri kesehatan selalu berlatar belakang kedokteran, sementara Budi Gunadi tidak punya latar belakang kedokteran. Lulusan ITB jurusan teknik nuklir ini, diantaranya pernah menjadi Dirut Bank Mandir dan Dirut Inalum.
Apa pendapat dan harapan publik tentang sosok Budi Gunadi Sadikin sang Menkes baru yang bukan dokter?
Berikut rangkuman Tribunnews.com.
Baca juga: Budi Gunadi Sadikin Resmi Jabat Menkes, Panglima TNI Hingga Direksi Mandiri Beri Selamat
Baca juga: Budi Gunadi Sadikin Ditunjuk Jadi Menkes, Begini Respons Ikatan Dokter Indonesia
Pendapat IDI
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengaku tak mempermasalahkan latar belakang menteri kesehatan baru Budi Gunadi Sadikin, yang bukan berlatar belakang dokter.
Baginya seseorang yang memiliki kemampuan manajemen yang baik dan mengerti persoalan kesehatan tentu cocok menjadi menkes.
Hal itu diungkapnya dalam media sosial milikinya @ProfesorZubairi, Selasa (22/12).
"Mau latar belakangnya itu fisika nuklir, kesehatan masyarakat, dokter, epidemiolog atau apa, asal kemampuan manajerialnya bagus dan tahu persis persoalan di lapangan, ya tidak masalah.
Apakah saya kecewa menkes saat ini bukan dari kalangan dokter? Saya sama sekali tidak kecewa," kata Zubairi yang dikutip Tribunnews.com, Rabu (23/12/2020).
Zubairi berharap, Budi yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional dapat memberikan kebijakan-kebijakan tepat berdasarkan situasi lapangan.
"Saya tunggu gebrakan menkes baru ini. Kalau perlu, ganti kebijakan menteri sebelumnya, atas dasar data-data lapangan yang sahih," ungkap Zubairi.
Baginya, harapan penanganan pandemi Covid-19 menjadi lebih baik pada menkes baru pilihan Presiden Joko Widodo itu haruslah ada.
Selain itu, ia mengingatkan pekerjaan rumah lainnya adalah penanganan penyakit lain seperti HIV/AIDS.
"Harapan saya besar sekali terhadap Menkes baru ini. Tantangan untuknya lumayan berat karena masalah kesehatan di Indonesia banyak banget, wabil khusus Covid-19. Semoga dia punya visi misi yang baik dan program yang jelas. Selamat bekerja Pak Menteri," harap Zubairi.
Harapan Epidemiolog
Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menyebut Budi Gunadi Sadikin cocok menjadi Menteri Kesehatan.
Menurutnya, Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional memiliki visi yang cepat dalam pengendalian pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Pandu dalam cuitan di akun twitternya @drpriono1 pada Minggu (20/12/2020).
Pandu menyebut, latar belakang Budi yang bukan dari bidang kesehatan tidak menjadi persoalan, untuk melakukan reformasi manajemen dan sistem kesehatan publik.
"Budi Gunadi Sadikin punya visi & semangat atasi Pandemi secepatnya. Kesa pd kinerja kemenkes & Satgas. Budi layak jadi MENKES yg baru, ia punya cita2 16 juta vaksinasi dilakukan sebulan.
Menkes tidak perlu dokter untuk mereformasi manajemen & sistem kesehatan publik yg lumpuh," kata Pandu dalam akun twitter pribadinya yang dikutip Tribunnews.com, Selasa (22/12/2020).
Kalangan Akademisi
Sementara itu dari kalangan akademisi juga melontarkan pendapatnya tentang sosok Menkes baru yang bukan dari kalangan dokter.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD mengatakan hal serupa.
"Bagi saya, seorang menteri kesehatan dengan latar belakang dokter atau bukan dokter tidak ada masalah, yang penting bisa jadi komandan yang baik dan amanah untuk Kementerian Kesehatan," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD kepada Warta Kota, Rabu (23/12/2020).
Keberadaan Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono yang berasal dari seorang akademisi dan praktisi klinis bisa memberikan warna untuk kepemimpinan Kementerian Kesehatan, khususnya untuk mengatasi penyakit tidak menular dan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Berikut masukan Prof Ari bagi pasangan menteri dan wakil kesehatan
1. Penanganan masalah pandemi Covid-19.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jumlah tes PCR secara nasional.
Mempercepat datangnya vaksin Covid-19 yang efikasinya tinggi, mendukung penuh proyek vaksin merah putih, mendukung untuk obat modern asli Indonesia (OMAI) khususnya sebagai suplemen mencegah Covid-19 dan memberikan perlindungan untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19.
Perlindungan bukan saja alat pelindung diri yang lengkap, tetapi juga insentif yang memadai agar mereka tetap bisa fit bekerja dan pemeriksaan swab baik antigen maupun PCR gratis secara rutin terhadap mereka.
2. Koordinasi
Hal yang paling dibutuhkan agar Kemenkes segera bisa mengajak semua stake holders dengan baik. Baik itu di tingkat pusat, berkoordinasi dengan lintas departemen. Koordinasi dengan pemerintah daerah. Menteri Kesehatan juga perlu merangkul organisasi profesi kedokteran dan kesehatan dan institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan yang memproduksi tenaga medis dan tenaga kesehatan.
3. Pembiayaan Kesehatan
Harus menjadi perhatian adalah pembiayaan kesehatan, distribusi tenaga kesehatan, penelitian kesehatan inovatif yang bertujuan untuk efisiensi pembiayaan kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit.
Perlu efisiensi dalam pembiayaan kesehatan karena masalahnya terjadi dari hulu sampai hilir.
4. Riset
Riset kesehatan inovatif harus didukung terutama yang dilakukan oleh lembaga penelitian atau institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat kita. Secara nasional harus ada upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin, dan alat kesehatan yang memang di produksi dalam negeri. Hal ini harus lebih dipercepat dalam era pandemi.
Saat ini, sudah terbukti bahwa para peneliti dari lembaga penelitian, institusi pendidikan, dan industri telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini, misal ventilator, robot, rapid diagnostic kit, baik rapid test antibodi maupun rapid test antigen, genose dan juga pengembangan vaksin, puluhan produk inovatif dihasilkan dalam masa pandemi ini.
5. Edukasi
Saat ini juga ada pekerjaan rumah pemerintah, yaitu bagaimana melakukan edukasi masyarakat agar dapat menjalankan protokol kesehatan. Berbagai pengalaman libur panjang diikuti dengan peningkatan jumlah kasus hingga menembus beberapa angka psikologis, seperti 40.000, 100.000, dan 200.000. Selain itu, informasi dari Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook bahwa setelah libur panjang terjadi peningkatan kasus lebih dari 50 persen, terutama saat libur Idul fitri dan hari kemerdekaan. Selain itu begitu banyak hoaks yang beredar yang menghambat upaya2 untuk mengatasi pandemi global ini.
Perlu tokoh atau juru bicara sebagai wakil kementerian Kesehatan yang bisa mengomunikasikn pesan-pesan kepada publik mengenai langkah yang akan dilakukan. Terus terang selama ini seperti nya kemenkes lebih banyak bungkam
6. Angka Kematian Ibu Serta Stunting
Angka kematian anak dan ibu masih tinggi. Begitu juga angka stunting. Berbagai penyakit infeksi, antara lain HIV dan TBC, kita masih termasuk kelompok negara dengan jumlah kasus yang tertinggi di dunia ini. Bahkan angka kekebalan terhadap obat TBC juga sudah banyak terjadi. (multiple drug resistance/MDR TB). Terus terang kondisi mengatasi masalah akan sangat terganggu di masa pandemi ini.
8 Negara yang Miliki Menkes Bukan Dokter
Ternyata, tak hanya Indonesia yang memiliki Menkes berlatar belakang pendidikan kesehatan atau kedokteran.
Delapan negara maju ini pun memilih menkes bukan dari kalangan dokter, yang dihimpun dari berbagai sumber.
1. Australia
Menteri Kesehatan Australia, Gregory Hunt, memiliki latar belakang pendidikan di bidang hukum dari University of Melbourne dan Magister di bidang hubungan internasional dari University of Yale.
Hunt telah menjadi Menkes sejak tahun 2017. Sebelumnya ia menjabat Menteri Industri, Inovasi, dan Sains tahun 2016. Serta Menteri Lingkungan Hidup 2013-2016.
2. Singapura
Gan Kim Yong telah menduduki jabatan Menteri Kesehatan Singapura sejak 2011 hingga sekarang. Ia merupakan lulusan S1 dan S2 University of Cambridge Bachelor of Arts bidang Teknik Elektro.
Sebelumnya, ia juga merupakan seorang Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pendidikan Singapura tahun 2005.
3. Selandia Baru
Andrew James Little, mulai menjabat sebagai menteri kesehatan Selandia Baru tahun 2020.
Ia sebelumnya merupakan Menteri Perjanjian Waitangi, di bawah supervisi Kementerian Kehakiman.
4. Jepang
Norihisa Tamura merupakan Menkes Jepang sejak September 2020. Ia adalah lulusan dari Chiba University jurusan Hukum dan Ekonomi. Kariernya diawali dengan bekerja di sebuah perusahaan konstruksi. Ia pernah menjabat sebagai anggota parlemen di Jepang.
5. Thailand
Anutin Chamvirakul adalah Menkes Thailand yang memiliki pendidikan jurusan Teknik dari Hofstra University.
Ia menjabat sejak 2019 sampai sekarang. Chamvirakul sebelumnya adalah seorang politisi dan Pemimpin partai Bumjhaitai.
6. Belanda
Negara Belanda punya menteri kesehatan yang bukan berlatar belakang dokter. Dia adalah Martin van Rijn yang punya latar belakang Ekonomi.
7. Jerman
Menteri kesehatan Jerman Jens Spahn, merupakan lulusan ilmu politik dan hukum di Universitas Hagen. Sebelum diangkat jadi menkes pada 2018, ia menjabat sebagai sekretaris parlemen negara untuk keuangan.
8. Denmark
Denmark memiliki Menkes berlatar belakang seorang jurnalis, dia adalah Magnus Heunicke. Dia adalah lulusan dari National School of Journalism, Aarhus dan pernah menjadi jurnalis. Sebelum menduduki jabatan menkes, ia merupakan Menteri Transportasi Denmark di tahun 2014-2015 dan Wakil Ketua Komite Teknologi dan Sains 2005-2007.
(Wartakotalive.com/Lilis Setyaningsih/Tribunnews.com/Rina Ayu)