Depresi Pascamelahirkan, Dokter Kejiwaan Beri Penjelasan Soal Efek Samping Obat Antidepresan
Gangguan depresi terkadang dialami ibu yang baru saja melahirkan. Lalu apakah obat anti depresan ini berbahaya dan memiliki efek ketergantungan?
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan depresi terkadang dialami ibu yang baru saja melahirkan.
Bahkan dalam beberapa kasus, mereka sebaiknya mengkonsumsi obat antidepresan untuk mengatasi masalah tersebut.
Obat ini memiliki fungsi untuk membantu memulihkan kondisi psikologis mereka.
Lalu apakah obat anti depresan ini berbahaya dan memiliki efek ketergantungan?
Baca juga: Kesehatan Tubuh dan Mental Masyarakat Prioritas Utama di Tengah Pandemi Covid-19
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Klinik Health360 Indonesia dr. Daniella Satyasari. Sp.KJ, mengatakan bahwa obat ini tidak memiliki efek yang membuat orang yang mengkonsumsi merasa ketergantungan.
"Obat anti depresan tidak memberikan bahaya ketergantungan," ujar dr Daniella, dalam webinar bertajuk 'International Women's Day 2021: Pentingkah Melakukan Perawatan Terpadu Pasca Melahirkan?', Selasa (9/3/2021).
Ia mengakui memang banyak orang yang merasa khawatir pada obat anti depresan ini.
Hal itu karena obat ini dinilai dapat menimbulkan ketergantungan pada mereka yang mengkonsumsinya.
"Kadang-kadang kan yang ditakutkan orang adalah kalau minum anti depresan itu adalah ketergantungan," kata dr Daniella.
Baca juga: Mengetahui Nutrisi Keju dan Manfaatnya Bagi Tubuh
Namun ia kembali menegaskan, obat anti depresan ini merupakan 'cara' yang efektif untuk membantu memulihkan psikologis ibu yang mengalami depresi, agar mereka bisa kembali menjalani tugasnya sebagai seorang istri dan ibu yang baik bagi bayinya.
"Padahal itu yang penting, bisa membantu ibunya supaya bisa berfungsi lagi jadi istri, jadi ibu yang bisa mengurus anaknya nantinya," jelas dr Daniella.
dr Daniella kemudian menyampaikan bahwa para suami yang memiliki istri depresi pasca melahirkan, harus bisa menyadari kondisi sang istri.
"Yang bisa dilakukan suami, selain membawa istrinya ke Psikiater, ke dokter, suaminya juga sudah aware (sadar) bahwa istrinya ini mengalami depresi," tegas dr Daniella.
Para suami ini diharapkan bisa meluangkan waktunya untuk istri dan anaknya.
Ini dilakukan agar sang istri merasa suaminya memberikan dukungan terhadapnya dalam memainkan peran sebagai ibu.
"Jadi yang bisa dilakukan juga lebih meluangkan waktu juga untuk keluarga, untuk anaknya, untuk istrinya juga. Misal membantu istri merawat anak, membantu istrinya juga quality time," papar dr Daniella.
Dukungan suami sangat diperlukan untuk bisa memulihkan kondisi psikologis sang istri bahwa 'ia akan selalu baik-baik saja'.
"Supaya istrinya juga disupport, merasa ada yang mendukung dia, supaya dia merasa lebih punya self worth 'saya berharga, saya baik-baik saja'," pungkas dr Daniella.