Mengenal Hipospadia, Kondisi yang Dialami Aprilia Manganang
Andika Perkasa mengumumkan perubahan identitas Sersan Dua, Aprilia Santini Manganang, yang sebelumnya dikenal sebagai perempuan menjadi laki-laki.
Penulis: Ranum KumalaDewi
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengumumkan perubahan identitas seorang prajurit TNI AD, yakni Sersan Dua Aprilia Santini Manganang, yang sebelumnya dikenal sebagai perempuan menjadi laki-laki.
Andika menjelaskan, kelainan organ reproduksi yang dialami Sersan Manganang bernama hipospadia.
Diketahui saat Manganang lahir, ia terlahir dengan kondisi kelainan sistem reproduksi.
"Inilah yang kemungkinan membuat paramedis atau orang tua melihat hanya secara fisik bahwa anak ini perempuan," kata Andika, Selasa (9/3/2021), diwartakan oleh Tribunnews.com.
Kondisi tersebut, lanjut Andika, terus berlangsung sampai pada 2016 ketika Angkatan Darat melihat prestasinya di olahraga.
Baca juga: Olahraga Bangkit dengan Adanya Vaksinasi kata Vennard Hutabarat
Baca juga: Cegah Covid-19, Direksi BPJS Kesehatan Ajak Masyarakat Rajin Berolahraga
TNI AD saat itu, kata Andika, memutuskan merekrut Aprilia dalam program rekrutmen khusus Bintara yang berprestasi.
Kemudian, dalam perkembangannya, pimpinan TNI AD melihat dan mengamati Manganang.
Selanjutnya, TNI AD melakukan pemeriksaan pada Rabu (3/2/2021)
Namun dari hasil pemeriksaan di Manado, dengan keterbatasan rumah sakit di RS AD Wolter Monginsidi, akhirnya Andika memutuskan untuk memanggil Sersan Manganang ke Jakarta.
Andika kemudian berkonsultasi dan menawarkan Manganang bantuan.
"Akhirnya Sersan Manganang rupanya menyambut dengan sangat excited (antusias). Rupanya Inilah yang ditunggu-tunggu."
"Sehingga saya hadirkan Tim dari RSPAD lengkap, kemudian kita lakukan pemeriksaan secara lengkap dengan menggunakan seluruh fasilitas kesehatan yang kami punya," kata Andika.
Andika menyebut, dari hasil pemeriksaan, dilihat dari urologi, Sersan Manganang lebih memiliki organ-organ jenis kelamin laki-laki dan bahkan tidak ada organ internal jenis kelamin wanita.
Kemudian, lanjut Andika, berdasarkan pemeriksaan hormonalnya hormon testosteron Manganang juga lebih memiliki hormonal yang masuk kategori normal laki-laki.
Begitupun dengan pemeriksaan radiologi MRI, kata Andika, juga menyatakan hal yang sama.
Menurut data saat ini, kata dia, di setiap 250 bayi laki yang lahir ada satu yang mengalami kelainan atau hipospadias atau empat orang setiap 1000 kelahiran bayi laki.
Secara hipotetis, kata Andika, di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 270 juta jiwa maka ada 1.080.000 anak laki-laki yang lahir dengan kelainan pada sistem reproduksinya.
Lantas sebenarnya apa itu Hipospadia?
Dilansir cdc.goc, hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra tidak terletak di ujung penis.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama minggu ke 8-14 kehamilan.
Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja, dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum.
Ada beberapa derajat hipospadia, beberapa bisa kecil dan beberapa lebih parah.
Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung.
Mereka mungkin memiliki masalah dengan penyemprotan urine yang tidak normal dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.
Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.
Jika hipospadia tidak ditangani, dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.
Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.
Para peneliti memperkirakan sekitar 1 dari setiap 200 bayi lahir dengan hipospadia di wilayah Amerika Serikat.
Penyebeb Hipospadia
Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui.
Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungannya, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang ia gunakan selama kehamilan.
Baca juga: Fakta-fakta Atlet Voli Putri Indonesia Aprilia Manganang Dipastikan Seorang Pria
Baca juga: Panglima TNI Mutasi dan Promosi Jabatan 43 Pati TNI AD: Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari Jabat Wakasad
Faktor Risiko
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia:
- Usia dan berat: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Jenis Hipospadia
Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra:
- Subkoronal : Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
- Poros tengah : Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.
- Penoscrotal : Pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.
Perawatan
Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut.
Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan untuk memperbaiki cacat itu.
Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3–18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.
Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi seperti: menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.
Bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.
(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi/Gita Irawan)