Hindari Risiko Obesitas, Penting Baca Label Kemasan, Perhatikan Nilai Gizinya
Seseorang dinyatakan obesitas ketika mengalami kelebihan berat badan atau lemak tubuh yang dapat memengaruhi kesehatannya.
Editor: Willem Jonata
Untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan untuk lebih cermat dalam membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi.
"Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian,” ucap Yusra.
Idealnya, lanjut Yusra, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan.
Jumlah sajian yang dikonsumsi memengaruhi jumlah kalori dan dan asupan zat gizi, misalkan sajian per kemasan adalah 15 maka jika kita konsumsi seluruh isi kemasan maka kita akan peroleh 1500 kkal.
Misalkan per sajian (27 gram) energi total adalah 150 kkal dengan 60 kkal dari lemak, maka energi per kemasan adalah 2250 kkal dan 900 kkal dari lemak, artinya dengan konsumsi 1 kemasan kita memenuhi 2250/2150 kkal kebutuhan kalori.
Selain itu tentunya harus memperhatikan asupan dari pangan lainnya baik yang diolah di rumah atau dari jajanan di restoran.
Zat gizi menunjukkan kandungan gula, garam, lemak, dan gizi mikro yang penting untuk kesehatan seperti vitamin, kalsium, zat besi, dan sebagainya.
Persentase AKG menunjukkan jumlah zat gizi per saji dibandingkan acuan label gizi dan dikalikan 100 persen.
Ketua PERSADIA Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, mengatakan, “orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes."
Penelitian di beberapa negara ada sekitar 47 persen sampai dengan 90 persen penderita diabetes melitus Tipe 2 (DMT2) adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl.
Umumnya kelompok berisiko prediabetes adalah orang dengan obesitas/kegemukan, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, serta keluarga memiliki riwayat diabetes.
Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25% prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25% kembali pada kondisi glukosa darah normal.
"Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2,” tandasnya.