Begini Cara Beri Pemahaman pada Anak Terkait Organ Reproduksi
Pendidikan seks bukan berarti mengajarkan cara berhubungan intim, melainkan ajarkan agar anak lebih memahami dan menghormati organ-organ reproduksi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Nur Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus seksualitas terhadap perempuan masih marak terjadi di Indonesia.
Sebagian besar orangtua masih merasa tabu untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak dini.
Padahal, menurut para ahli, pendidikan seks seharusnya dikenalkan sedini mungkin pada anak.
Tujuannya, agar si anak tidak mendapatkan informasi yang keliru mengenai seks.
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. (k), pada tahun 2009 menunjukan dari 21 kasus kekerasan seksual terjadi di sekolah.
Baca juga: Kartu Keluarga, Akta Kelahiran hingga Kematian Bisa Dicetak Sendiri, Ini Caranya
“Ada di Tahun 2019 ini dilaporkan ada 12 kasus kekerasan seksualitas disekolah dan 13 kasus atau sebanyak 62% terjadi di jenjang SD, 5 kasus atau 24% di jenjang SMP/sederajat dan 3 kasus atau 14% di jenjang SMA ini sangat memprihatinkan,” kata Hasto, saat acara webinar BKKBN, Rabu (24/3/2021).
Yang penting untuk diketahui, pendidikan seks bukan berarti mengajarkan cara berhubungan intim, melainkan mengajarkan agar anak lebih memahami dan menghormati organ-organ reproduksinya.
“Kalau kita lihat masih banyak anggapan bahwa pendidikan seksualitas itu adalah tabu ini suatu kenyataan dan juga masih banyak yang menganggap pengenalan masalah seksualitas pada anak ini mengenai seks laki-laki dan perempuan, padahal saya luruskan tidak karena seksualitas ini adalah urusan male female memperkenalkan siapa itu laki-laki dan siapa itu perempuan.
Sekali lagi seksualitas bukan mengajari tentang hubungan seks,” tegasnya.
Penting juga untuk para orangtua memberikan solusi dan implementasi pendidikan seksual sedini mungkin pada anak.
Baca juga: RUU PKS Masuk Prolegnas Prioritas, Ketua DPR: Bukti Keberpihakan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Menurut Nyi Mas Diane Wulansari, Praktisi dan Pemerhati Perkembangan Anak orangtua harus memberikan pendidikn anak sejak usia 0-10 tahun, berikut nilai-nilai yang harus ditanamkan ada anak.
0-2 tahun
Pendidikan seksualitasnya pertama kali adalah pada saat bayi minum ASI secara langsung dari ibunya, bayi mendapat kelekatan atau bonding dari jiwa ke jiwa serta ayah melakukan breastfeeding father.
Pada saat bayi disentuh, diberikan kasih sayang serta mengenalkan jenis kelamin beserta ciri-ciri pada saat mandi.
3-6 tahun
Ajarkan pada anak bahwa tubuhnya berharga, mengenalkan tentang bahaya jika oranglain menyentuh anggota tubuhnya (alat kelamin, dada, mulut dan bokong) segera berteriak dan meminta pertolongan.
Baca juga: Mengenal BWF, Organisasi Olahraga yang Menaungi Bulu Tangkis Dunia
Pengenalan area pribadi bagi perempuan dan laki-laki dan mengenalkan jenis kelamin dengan bercerita, music atau pun video dengan pengawasan orangtua.
Mejaga penggunaan gawai agar anak tak mengeksplor hal buruk dalam dunia maya serta ajarkan anak adab dikamar mandi.
7-10 tahun
Mengajarkan anak merawat kesehatan produksinya serta mengajarkan seks kepada anak di usia ini, orangtua sebaiknya mulai membicarakan apa yang akan terjadi ketika mereka mulai pubertas. Tujuannya, sebagai persiapan anak ketika mengalami masa tersebut.
Adab tidur pun harus terpisah dengan lawan jenisnya serta peran orangtua yang harus ada dalam kehidupan anak.
Menurut Dee panggilan akrabnya, bila anak terpenuhi pada setiap tahap usianya, mereka akan memiliki penghayatan yang positif kelak dikemudian hari sepanjang hayatnya.