Autoimun, Penyakit Tanpa Obat yang Bisa Dicegah Sedini Mungkin
Pada 2016, saat masih banyak orang yang belum paham manfaat lain vitamin D, Niken sudah mengampanyekan pentingnya vitamin D.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
Ia tahu persis, defisiensi vitamin D sejatinya sudah menjadi epidemi internasional.
Sayangnya, gaung defisiensi vitamin D belum sampai di Indonesia.
"Padahal, kekurangan vitamin D merupakan salah satu pencetus autoimun dan bisa menurunkan imunitas tubuh. Beberapa jurnal medis internasional malah menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 cepat merebak lantaran kekurangan vitamin D," ucap Niken.
Tekad kuat inilah yang membawa Niken menemukan sebuah formula untuk bisa terbebas dari autoimun.
Caranya dengan mengubah gaya hidup. Niken menamakannya Lifestyle of Health (LOH).
LOH terdiri dari tiga langkah. Karena itulah, Niken memberi nama formula ini sebagai LOH123.
Selain untuk pengidap autoimun, LOH123 juga bermanfaat untuk penyakit diabetes mellitus, kanker, liver, penyakit kardivaskular, ginjal.
Juga berguna untuk penyakit degeneratif lain seperti alzheimer dan parkinson.
Baca juga: Pengidap Autoimun Tak Bisa Sembarangan Divaksin Covid-19
"Salah satu bentuknya adalah rutinitas berpuasa minimal selama 17 jam sehari. Pengalaman saya sebagai orang yang memiliki spektrum autoimun sudah banyak saya sebar di YouTube dan Instagram," ujar Niken.
LOH123 ini membuat Niken tetap bugar selama masa pandemi Covid-19.
Namun, Niken mengingatkan bahwa berpuasa selama 17 jam sehari itu bukanlah puasa seperti yang biasa dijalankan umat Islam dalam bulan Ramadan.
"Saya masih tetap minum air mineral, air lemon, air rebusan jahe, teh hijau, dan supplement," ucap Niken.
Niken menjalankan puasa 17 jam ini berdasarkan teori autophagy, yang ditemukan Yoshinori Ohsumi.
Pada dasarnya, autophagy merupakan reaksi normal sel imunitas tubuh, untuk memakan sel-sel yang berpotensi menjadi sel-sel penyakit.