Kominfo: Penurunan Angka Prevalansi Stunting Upaya Ciptakan SDM Unggul
pernikahan dini atau pernikahan di usia remaja menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Reynas Abdila/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Wiryanta mengatakan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul maka angka prevalansi stunting harus turun.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan tantangan bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia di masa depan.
“Pemerintah menargetkan generasi Indonesia bisa bebas stunting demi menyongsong bonus demografi di 2030 dan menuju Indonesia Maju di 2045,” ujar Wiryanta dalam forum “Kepoin Genbest” di Purwakarta, Selasa (6/4/2021).
Baca juga: Kominfo: Pemerintah Galakkan Program Penurunan Angka Stunting
Pada kesempatan yang sama, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan pihaknya telah menerbitkan SK Bupati tentang Pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan Stunting di Kabupaten Purwakarta.
Anne berharap dengan dibentuknya tim yang terdiri dari lintas sektor ini, dapat mendorong keluarga -keluarga untuk berperan aktif di sektor kesehatan, menciptakan generasi bersih dan sehat sejak dalam kandungan.
“Bidang kesehatan merupakan prioritas misi pembangunan Kabupaten Purwakarta. Kami pemerintah daerah mengawal setiap program Pusat terkait pengendalian stunting, intervensi hidup perilaku hidup bersih dan sehat di seluruh wilayah Kabupaten Purwakarta,” ujar Anne.
Tim KIE Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Dr. M Yani menyebut, pernikahan dini atau pernikahan di usia remaja menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting.
Baca juga: Pencegahan Stunting, Pastikan Calon Ibu Siap Hadapi 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak
Persoalan stunting dipicu oleh ketidakpahaman parenting dari ibu-ibu yang menikah di usia dini.
Apalagi menurutnya pada pernikahan dini pada umumnya akan mengalami permasalahan finansial.
“Stunting erat sekali hubungannya dengan kawin remaja. Remaja-remaja yang menikah dini, punya anak, belum matang dari sisi parenting, sering bertengkar, yang membuat anak tidak tercukupi gizi dan kebutuhan lainnya,” kata Yani.