Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Konsumsi Rokok Terus Meningkat, Tembakau Alternatif Jadi Solusi Minimalisir Risiko Kesehatan

Konsumsi rokok akan terus meningkat dan jumlah perokok kita sekitar 66 juta jiwa, ketiga terbesar di dunia setelah Tiongkok dan India

Penulis: Fauzi Nur Alamsyah
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Konsumsi Rokok Terus Meningkat, Tembakau Alternatif Jadi Solusi Minimalisir Risiko Kesehatan
DOK.
Ilustrasi rokok elektrik 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Nur Alamsyah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya prevalensi merokok di Indonesia disebabkan oleh strategi yang dijalankan pemerintah sampai saat ini belum tepat sasaran.

Pemerintah disarankan untuk mengedepankan strategi baru dengan memaksimalkan produk tembakau alternatif.

Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Profesor Kholil, menjelaskan, berdasarkan hasil kajian terhadap 930 responden yang melibatkan sejumlah akademisi, dokter, tenaga kesehatan, perokok, dan pengguna produk tembakau alternatif, sebanyak 46% ingin berhenti merokok.

Alasan utamanya adalah masalah kesehatan, yakni dengan persentase 54%.

“Konsumsi rokok akan terus meningkat. Jumlah perokok kita sekitar 66 juta jiwa, ketiga terbesar di dunia setelah Tiongkok dan India,” kata Kholil kepada wartawan.

Dengan tingginya angka perokok, Kholil meneruskan, potensi terpapar penyakit akibat rokok semakin besar.

Berita Rekomendasi

Hal tersebut akan membebani pemerintah karena anggaran biaya kesehatan akan membesar.

Baca juga: Klaim Ahli Soal Efektivitas Rokok Elektrik Kurangi Kecanduan Rokok

“Kalau 10% dari 66 juta perokok itu mengidap kanker, penyakit paru-paru dan membutuhkan biaya Rp 10 juta sampai sembuh, berarti ada Rp 66 triliun yang digunakan. Ini pastinya akan menggerus dana BPJS,” ungkap Kholil.

Untuk itu menurutnya perlu adanya upaya pengurangan konsumsi maupun risiko dari rokok.

Satu diantaranya melalui produk tembakau alternatif seperti produk tembakau dipanaskan, rokok elektrik, dan snus. Namun, Kholil mengungkapkan sebanyak 52,4% dari 930 responden belum mengetahui adanya produk tersebut yang terbukti memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok.

“Hasil temuan kami menunjukkan bahwa ada produk tembakau alternatif yang bisa mengurangi bahaya rokok. Yang paling bagus adalah berhenti merokok, namun itu tidak mudah,” tegasnya.

Agar prevalensi perokok menurun, Kholil berpendapat pemerintah harus mendukung masyarakat yang ingin pindah ke produk tembakau alternatif.

Baca juga: Terbukti Tekan Angka Perokok Global, Produk Tembakau Alternatif Perlu Dimaksimalkan

“Dalam penelitian kami juga ditemukan jika seseorang mau berhenti merokok total atau secara perlahan-lahan, salah satu alternatif yang dapat membantu mereka adalah dengan menggunakan produk tembakau lain, agar mengurangi risikonya daripada merokok,” ujarnya.

Dalam kesempatan terpisah, Tim peneliti dari USAHID, Hifni Alifahmi, menambahkan juga diperlukan adanya penyebaran informasi sekaligus edukasi mengenai dampak negatif dari konsumsi rokok. 

Alasannya, strategi yang mengedepankan kata-kata maupun gambar peringatan kesehatan ternyata belum cukup efektif dalam menurunkan angka perokok.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas