Cegah Hipospadia, Hindari Hal ini Saat Hamil
Hipospadia merupakan kelainan penis anak, di mana lubang saluran kemih tidak terletak pada ujung penis, tapi di bagian bawah batang penis.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu lalu atlet voli nasional Aprilia Manganang berhasil menjalani operasi Hipospadia atau kelainan penis.
Hipospadia merupakan kelainan penis anak, di mana lubang saluran kemih tidak terletak pada ujung penis, tetapi di bagian bawah batang penis.
Konsultan Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI dr. Arry Rodjani, Sp.U(K) menuturkan, penyebab Hipospadia diduga karena multi faktor.
Untuk itu hal tersebut bisa dicegah sedini mungkin.
Baca juga: Mengenal Hipospadia, Kelainan Alat Kelamin Pada Anak Laki-laki, Bisakah Terdeteksi Saat Hamil?
"Ada karena faktor genetik, hormonal, maupun lingkungan," ujarnya dalam media briefing virtual dengan tema “Hipospadia dan kelainan genitalia lainnya pada anak dapat disembuhkan" pada Jumat (4/6/2021).
Kelainan penis yang disebabkan oleh faktor genetik terjadi hanya sekitar 10 persen.
"Nah kalau karena genetik tentu kita gak bisa cegah ya," ungkapnya.
Sementara untuk faktor selain itu diharapkan orangtua bisa melakukan pencegahan.
Hindari makanan-makanan kaleng saat hamil. Saat belanja sayur buah semua bahan dicuci sampai bersih agar tidak ada sisa kotoran maupun residu.
"Trimester pertama ibu hamil harus perhatikan betul kehamilannya untuk mengurangi kelainan pada janin. Mulai dari asupan, lingkungan, dan faktor psikologi, " ungkap dr. Ari.
Hipospadia pada anak bisa dideteksi saat hamil melalui USG, saat janin telah memasuki trimester ketiga.
Penting deteksi dini dilakukan, agar penanganan medisnya lebih mudah.
Jika anak sudah terdeteksi, maka ada baiknya segera melakukan operasi.
Dengan waktu ideal sebelum dua tahun.
"Sebelum dua tahun lebih baik. Secara psikologis lebih baik. Secara penanganan medisnya juga terbukti lebih baik," kata Ari.
Kelainan ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang seperti gangguan pada fungsi reproduksi, infertilitas, dan psikologi.
Angka kejadian berkisar 1 dari 200-300 kelahiran bayi laki-laki, serta bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena Hipospadia.