Anak yang Alergi Susu Sapi Biasanya Keluhkan Gejala Pada 3 Organ Tubuh Ini
Umumnya gejala alergi dapat dirasakan pada tiga organ tubuh, yakni saluran cerna, saluran nafas, dan kulit.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak merupakan kelompok yang rentan mengalami sederet alergi, termasuk alergi terhadap susu sapi yang akhirnya membuat tumbuh kembang anak tidak berlangsung secara optimal.
Dokter Konsultan Alergi Imunologi Anak, Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes, mengatakan bahwa gejala alergi susu sapi yang dialami anak sangat beragam, mulai dari kategori ringan hingga berat.
Umumnya gejala alergi dapat dirasakan pada tiga organ tubuh, yakni saluran cerna, saluran nafas, dan kulit.
Baca juga: Alergi Susu Sapi Bisa Bikin Tumbuh Kembang Anak Kurang Optimal, Deteksi Sejak Dini Tanda-tandanya
Baca juga: Kenali Tiga Gejala Saat Anak Mengalami Alergi Protein Sapi
"Gejala alergi susu sapi dapat muncul dengan gejala ringan, sedang sampai berat, dan dapat mengenai tiga organ," ujar Prof Budi, dalam webinar Morinaga - Kalbe Nutritionals bertajuk 'Atasi Alergi Si Kecil dengan Deteksi Dini', Sabtu (26/6/2021).
Namun yang paling sering dikeluhkan adalah gejala pada saluran pencernaan, dengan angka anak yang mengalami diare mencapai 53 persen, sedangkan kolik 27 persen.
"Kejadian yang paling sering yaitu keluhan di saluran cerna seperti diare sebanyak 53 persen, kemudian kolik 27 persen," kata Prof Budi.
Selain menyerang saluran cerna, gejala alergi susu sapi juga bisa dialami anak melalui saluran nafas.
Biasanya, anak akan mengalami batuk pada tengah malam menjelang pagi hari.
Terkait angka anak yang mengalami alergi susu sapi pada saluran nafas, gejala yang dirasakan antara lain asma dan rinitis.
"Gejala susu sapi bisa juga mengenai saluran nafas, misalnya batuk-batuk di malam hari ke arah pagi hari. Kejadian gejala di saluran nafas yaitu asma 21 persen, rinitis 20 persen," jelas Prof Budi.
Tidak hanya itu, gejala yang dialami anak yang alergi susu sapi juga bisa dirasakan pada kulit, dengan munculnya eksim atau dermatitis atopik, serta biduran atau urtikaria.
Namun untuk anak yang mengalami gejala pada kulit, didominasi oleh munculnya dermatitis atopik.
"Gejala alergi bisa muncul di kulit, organ ketiga, kebanyakan berupa eksim atau dermatitis atopik sebanyak 35 persen), sedangkan biduean atau urtikaria sebesar 18 persen," papar Prof Budi.
Sementara itu, anak yang mengalami gejala kategori berat berupa sistemik yakni timbulnya anafilaksis pada 11 persen anak dengan kondisi alergi susu sapi.
Ia menyampaikan bahwa alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering dialami anak-anak di Asia.
Sedangkan di Indonesia, kasusnya mencapai 7,5 persen.
"Kejadian alergi susu sapi pada anak-anak di Indonesia yaitu 0,5 persen hingga 7,5 persen," tutur Prof Budi.
Prof Budi menekankan meskipun sebagian besar anak-anak dapat pulih dari gejala ini saat meninggalkan periode balita, namun alergi susu sapi patut diwaspadai.
Menurutnya, penting untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter jika orang tua melihat anak memiliki gejala alergi ini.
"Jika kondisi alergi terdiagnosis sejak awal dan dapat segera dikonsultasikan ke dokter, maka dapat dilakukan tata laksana yang tepat, sehingga tumbuh kembangnya optimal," kata Prof Budi.
Menurutnya, anak-anak paling sering mengalami alergi seperti asma, rintis alergi, alergi makanan, dermatitis atopik, serta alergi protein susu sapi.
Ia menambahkan bahwa jika orang tua hanya mendiagnosa sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan diagnosis yang tepat, maka bisa muncul sederet dampak negatif.
"Dampak kesehatan (yang dapat dialami anak) yaitu (terhambatnya) tumbuh kembang anak serta meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi atau sakit jantung di kemudian hari," kata Prof Budi.
Selain itu, ada pula dampak ekonomi dan psikologis yang harus dihadapi orang tua dan anak.
"Kemudian dampak ekonomi karena harus sering berobat ke dokter, serta dampak psikologis karena bisa timbul stress pada ibu dan anaknya," jelas Prof Budi.
Dalam mendukung program unggulan World Allergy Week, Business Head Morinaga - Kalbe Nutritionals, Dewi Angraeni meyakini bahwa setiap orang tua tentunya menginginkan anak tumbuh secara optimal, meskipun sang anak memiliki kondisi alergi.
Jika tumbuh kembang anak berlangsung optimal, mereka akan aktif dan tumbuh menjadi anak yang berprestasi.
Oleh karena itu, ia menilai penting untuk memberikan edukasi kepada para orang tua agar bisa peka dan dapat mendeteksi sejak dini terkait alergi yang dialami oleh anak.
"Orang tua perlu mengetahui bahwa si kecil yang alergi, tetap dapat tumbuh secara optimal dan berprestasi jika alerginya diatasi dengan deteksi secara dini. Untuk itu, Morinaga selalu berkomitmen meningkatkan edukasi dan akses nutrisi melalui program World Allergy Week," kata Dewi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.