Varian Baru Covid-19 Merajalela, WHO Salahkan Distribusi Vaksin yang Tidak Merata
WHO memperingatkan, varian Covid-19 menyebabkan gelombang kematian di beberapa bagian dunia.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan, varian Covid-19 menyebabkan gelombang kematian di beberapa bagian dunia.
Terlebih di negara dengan akses vaksin yang lebih sedikit. Pada hari yang sama dunia mencapai tonggak sejarah suram dengan 4 juta kematian akibat Covid-19.
"Varian saat ini memenangkan perlombaan melawan vaksin karena produksi dan distribusi vaksin yang tidak merata, yang juga mengancam pemulihan global," kata Ghebreyesus mengutip pernyataannya di laman resmi WHO, Rabu (7/7/2021).
Ia mengatakan bahwa telah berulang kali menyerukan 10 persen orang di semua negara untuk divaksinasi pada bulan September dan agar angka itu meningkat menjadi 40 persen pada akhir tahun.
Dengan skema ini diharapkan akan memposisikan dunia di jalur untuk memvaksinasi 70 persen orang di semua negara pada pertengahan 2022.
Baca juga: Kurangi Risiko Kematian Pasien Covid-19, WHO Rekomendasikan Obat Radang Sendi
Namun ia menyayangkan beberapa negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi sekarang berencana untuk meluncurkan suntikan booster dalam beberapa bulan mendatang.
Baca juga: WHO Eropa Peringatkan Potensi Gelombang Baru Saat Kasus Covid-19 Melonjak Usai Turun 10 Minggu
Negara yang memperoleh akses vaksin yang tinggi menjatuhkan langkah-langkah sosial kesehatan masyarakat dan bersantai seolah-olah pandemi sudah berakhir.
Hal ini diperparah oleh varian yang bergerak cepat dan ketidakadilan yang dalam vaksinasi, sehingga menyebabkan banyak negara di setiap wilayah di dunia yang mengalami lonjakan tajam dalam kasus dan rawat inap.
Baca juga: Wow, Harga Makam Termurah untuk Korban Covid-19 di Azhar Memorial Rp 48,5 Juta Per Kavling
Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen akut, perawatan dan mendorong gelombang kematian di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Ditambah ditemukan fakta ada jutaan petugas kesehatan dan perawatan yang masih belum divaksinasi menurutnya adalah hal yang menjijikkan.
“Nasionalisme vaksin, di mana segelintir negara telah mengambil bagian terbesar, secara moral tidak dapat dipertahankan dan merupakan strategi kesehatan masyarakat yang tidak efektif melawan virus yang bermutasi dengan cepat dan menjadi semakin efektif dalam berpindah dari manusia ke manusia,” ujarnya.
Menindaklanjuti ketimpangan distribusi vaksin, Ghebreyesus meminta para pemimpin ekonomi dari negara-negara Kelompok 20, yang akan bertemu minggu ini, untuk bekerja sama dalam mendapatkan vaksin dan alat kesehatan lainnya ke negara-negara yang kurang berkembang.