Mengenal Terapi Plasma Convalesen dan Sang Inisiatornya, Dokter Theresia Monica Rahardjo
dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi mengatakan, banyak informasi keliru mengenai terapi plasma konvaesen yang beredar du masyarakat.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah melonjaknya kasus Covid-19 permintaan Terapi Plasma Konvalesen (TPK) juga turut meningkat.
Ahli Terapi Plasma Konvalesen (TPK) Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi mengatakan, banyak informasi keliru mengenai terapi plasma konvaesen yang beredar du masyarakat.
Dia menjelaskan, keberhasilan penerapan terapi tambahan Covid-19 ini dipengaruhi oleh tiga faktor.
Yakni dosis yang benar, kadar antibodi, dan pemberian plasma diwaktu yang tepat. Hal itu disampaikan dr Monica dalam perbincangannya bersama Tribun Network, Jumat (16/7/2021).
"(Pemahaman tentang terapi plasma konvalesen sering salah juga. Ada salah pemahaman di masyarakat kita, teman sejawat dokter misalnya kalau sudah kritis baru dikasih plasma, ya enggak begitu," ujarnya.
Ia memaparkan, terapi plasma konvalesen atau TPK merupakan teknik memindahkan antibodi dari dalam plasma penyintas Covid-19 kepada pasien Covid-19 yang masih sakit.
Intinya booster antibodi atau antibodi instan yang dimasukan ke dalam tubuh pasien yang sakit sehingga pasien memiliki antibodi tambahan untuk membasmi virus.
Diharapkan, melalui terapi sederhana, spesifik, terjangkau, serta memiliki banyak sumber daya manusia ini, seorang pasien bergejala sedang hingga kritis dapat tertolong.
Berikut petikan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Manager Pemberitaan Tribun Network Rachmat Hidayat dengan dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi tentang terapi plasma konvalesen:
Bagaimana Anda melihat situasi pandemi Covid-19 saat ini?
Saat ini tepat sekali bagi kita menerapkannya. Waspada boleh, panik jangan, cuek juga jangan. Karena saat ini kita memasuki gelombang kedua. Umumnya lebih besar dari gelombang pertama dan bisa lebih lama.
Kita sekarang ini bukan hanya bilang pemerintah harus begini, harus begitu. Kebijakan pemerintah harus diikuti oleh masyarakatnya. Yang saya imbau cukup sederhana, prokes. Pakai masker yang benar.
Kita pakai masker bukan untuk melindungi kita saja, tapi juga melindungi orang sekitar kita yang tidak lebih kuat melawan virusnya. Virus itu ada, bukan dibikin-bikin.
Cuma karena tidak terlihat dengan mata, maka kelihatannya kita seperti melawan sesuatu yang tidak ada.