Makan Banyak Kalori Tapi Tidak Bikin Gemuk, Bagaimana Caranya?
Teorinya, jika konsumsi jumlah kalori di atas nilai di rumus tersebut, seseorang akan mengalami kegemukan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Kini, pria pemegang beragam sertifikasi internasional, seperti Opex-USA(on-going), NSPA-USA, Clean Health–SSIC (Australia) dan lain-lain ini menyadari bahwa banyak dari pelaku olahraga yang ternyata undereating.
Dalam tayangan IG live melalui akun miliknya @steadfastnick belum lama ini, Nico dan ayahnya yang bernama dr Henry Suhendra Sp.OT juga membahas pentingnya otot.
Tak hanya membantu penampilan fisik, dr Henry menyampaikan, massa otot yang terbentuk melalui olahraga bisa membantu tubuh untuk melawan penyakit.
“Punya otot bukan buat gagah-gagahan saja. Otot bisa melindungi dari berbagai virus,” kata dr Henry.
Dalam dialog tersebut terungkap bahwa saat usia seseorang menginjak 40 tahun, maka dalam setiap tahunnya massa otot miliknya susut sebanyak 1%. Itu setara dengan 3% fungsi organ tubuh.
Dialog tersebut juga membahas sejumlah persepsi yang beredar di masyarakat terkait kesehatan.
Sayangnya, beberapa persepsi tersebut tidak terbukti secara ilmiah. Salah satunya adalah mengenai posisi lutut tidak boleh lebih maju daripada posisi jempol tangan karena bisa menyebabkan sakit pinggang.
Posisi lutut yang lebih maju ketimbang jempol tangan ini bisa dilihat saat seseorang dalam posisi jongkok. Nico dan dr Henry menegaskan bahwa persepsi tersebut keliru.
Keduanya lalu menegaskan, olahraga beban terbukti memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan selama dilakukan sesuai porsinya.
Di samping itu, idealnya latihan beban dilakukan pada beberapa bagian tubuh, bukan hanya fokus pada bagian tubuh tertentu. Hal ini bertujuan agar terjadi keseimbangan pada tubuh si pelakunya.