Angka Penderita Kanker Payudara Tinggi, Perempuan Perlu Pahami Pentingnya SADARI dan SADANIS
Kasus kanker payudara di Indonesia sebagian besar ditemukan pada perempuan dengan proporsi 30,8 persen dari total kasus kanker lainnya
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker payudara merupakan penyakit yang menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker di Indonesia, dengan persentase mencapai 9,6 persen.
Menurut data The Global Cancer Observatory tahun 2020, kasus kanker payudara di Indonesia sebagian besar ditemukan pada perempuan dengan proporsi 30,8 persen dari total kasus kanker lainnya, yakni terdapat 65.858 kasus baru.
Salah satu penyebab tingginya angka kejadian dan kematian akibat penyakit ini adalah karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terkait deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis.
Menurut riset Kementerian Kesehatan pada 2016, tingkat penetrasi Periksa Payudara Sendiri (SADARI) mencapai 46,3 persen, sedangkan Pemeriksaan Payudara secara Klinis (SADANIS) hanya mencapai 4,4 persen.
Ahli Bedah Onkologi dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), Dr. Walta Gautama, Sp.B (K) Onk, mengatakan pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit sebagian besar telah memasuki kondisi stadium lanjut, angkanya pun masih berada pada kisaran 70 persen.
Padahal jika penyakit ini terdeteksi lebih awal, maka akan ada lebih banyak opsi perawatan yang dapat dipilih pasien.
Begitu pula dengan kesempatan untuk bertahan hidup yang juga akan lebih besar bahkan jika terdeteksi pada stadium awal, angka harapan hidupnya bisa mencapai 95 persen.
Baca juga: Berat Badan Sudah Turun 25 Kg, Ivan Gunawan Sebut Ingin Operasi Payudara
Dengan demikian, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.
Ia pun menyampaikan pentingnya melakukan SADARI bagi tiap perempuan agar bisa mendeteksi gejala timbulnya penyakit ini sejak dini.
"Oleh karena itu, melakukan SADARI penting dilakukan oleh setiap perempuan Indonesia agar bisa mengetahui sejak dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya," kata Dr. Walta, dalam virtual launching Charm Extra Maxi Pink Ribbon bertajuk 'Mendukung Kegiatan Pink Ribbon Pertama Kalinya Dalam Industri Pembalut Wanita, Untuk Meminimalkan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara', Rabu (6/10/2021).
Dr. Walta menambahkan, langkah sederhana ini bisa dilakukan pada waktu tertentu bagi mereka yang masih mengalami menstruasi maupun menopause.
"SADARI ini sendiri bisa dilakukan secara teratur setiap bulannya. Dilakukan pada hari ke 7 hingga 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang sudah menopause," jelas Dr. Walta.
Sementara itu seorang penyintas kanker payudara, dr. Khairatu Nissa Rangkuti turut menegaskan pentingnya deteksi dini.