Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Penting Deteksi Dini Kanker Payudara, Gerakan 1.000 Skrining Payudara Gratis Pun Digelar

Pengobatan kanker payudara bisa sangat efektif, terutama jika penyakit ini diidentifikasi sejak dini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Penting Deteksi Dini Kanker Payudara, Gerakan 1.000 Skrining Payudara Gratis Pun Digelar
Bet_Noire
Ilustrasi kanker 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya angka penderita kanker payudara di Indonesia dianggap sebagai hal yang harus menjadi perhatian masyarakat. Khususnya kaum perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatannya.

Oleh karena itu, penting bagi kaum perempuan untuk melakukan skrining dan deteksi dini penyakit ini.

Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin (25/10/2021), pengobatan kanker payudara bisa sangat efektif, terutama jika penyakit ini diidentifikasi sejak dini.

Terkait pengobatannya biasanya terdiri dari kombinasi operasi pengangkatan, terapi radiasi dan pengobatan meliputi terapi hormonal, kemoterapi atau terapi biologis yang ditargetkan untuk mengobati kanker mikroskopis yang telah menyebar dari tumor payudara melalui darah.

Perawatan seperti itu diyakini mampu mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker, sehingga dapat menyelamatkan nyawa.

Pada 2020, terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan 685,000 kematian tercatat secara global.

Baca juga: Mengalami Masa Sulit dan Alasan Pengidap Kanker Payudara Perlu Mendapat Bantuan Psikologis

Baca juga: Kanker Payudara Jadi Penyakit Paling Banyak Dialami Perempuan Indonesia

Berita Rekomendasi

Kemudian hingga akhir 2020, terdapat 7,8 juta perempuan yang hidup dengan diagnosis menderita kanker payudara selama 5 tahun terakhir, menjadikannya kanker paling umum di dunia.

Sementara itu, angka kematian akibat kanker payudara tidak banyak berubah dari 1930-an hingga 1970-an.

Perbaikan dalam kelangsungan hidup kaum perempuan pun dimulai pada 1980-an di negara-negara yang concern dengan program deteksi dini yang dikombinasikan dengan berbagai cara pengobatan untuk memberantas penyakit invasif.

Lalu siapa yang berisiko terkena kanker payudara?

Kanker payudara bukan merupakan jenis penyakit menular.

Selain itu, penyakit ini juga tidak seperti beberapa kanker lainnya yang memiliki penyebab terkait infeksi, seperti infeksi Human Papillomavirus (HPV) dan kanker serviks.

Pada penderita kanker payudara, tidak ada infeksi virus atau bakteri yang diketahui.

Sekitar setengah dari kanker payudara berkembang pada perempuan yang tidak memiliki faktor risiko kanker payudara.

Ini dapat diidentifikasi dari jenis kelamin perempuan yang berusia di atas 40 tahun.

Faktor-faktor tertentu pun dapat meningkatkan risiko kanker payudara, termasuk bertambahnya usia, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara, riwayat paparan radiasi.

Kemudian riwayat reproduksi seperti usia saat mulai menstruasi dan usia kehamilan pertama, penggunaan tembakau dan terapi hormon pasca menopause.

Dokter Spesialis Bedah Onkologi, dr. Bob Andinata, Sp.B(K). Onk., menyebut penyakit ini berbahaya sehingga penting bagi perempuan untuk melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) agar bisa mendeteksi gejala timbulnya penyakit ini sejak dini.

"Ini nggak main-main kanker payudara ini, jadi semua perempuan harus tahu tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara," ujar dr. Bob, dalam webinar series bertajuk 'Quality Life After Breast Cancer', Jumat (15/10/2021).

Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2016, tingkat penetrasi SADARI mencapai 46,3 persen, sedangkan Pemeriksaan Payudara secara Klinis (SADANIS) hanya mencapai 4,4 persen.

Sementara itu, dari data yang tercatat terkait 10 besar kasus baru di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode 2020 menunjukkan kanker payudara sebagai penyakit dengan jumlah kasus paling tinggi yakni mencapai 1.137.

Sedangkan pada urutan kedua adalah kanker serviks sebanyak 332 kasus, lalu kanker paru menempati urutan ketiga dengan 249 kasus.

Urutan selanjutnya adalah nasofaring, tiroid, prostat, kandung kemih, ovarium, kolon dan rektum.

Sebelumnya, Ahli Bedah Onkologi dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), Dr. Walta Gautama, Sp.B (K). Onk., mengatakan sebagian besar pasien kanker payudara yang datang ke rumah sakit telah memasuki kondisi stadium lanjut, angkanya pun masih berada pada kisaran 70 persen.

Padahal jika penyakit ini terdeteksi lebih awal, maka akan ada lebih banyak opsi perawatan yang dapat dipilih pasien.

Begitu pula dengan kesempatan untuk bertahan hidup yang juga akan lebih besar.

Bahkan jika terdeteksi pada stadium awal, angka harapan hidupnya bisa mencapai 95 persen.

Dengan demikian, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.

"Oleh karena itu, melakukan SADARI penting dilakukan oleh setiap perempuan Indonesia agar bisa mengetahui sejak dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya," kata Dr. Walta, dalam virtual launching Charm Extra Maxi Pink Ribbon bertajuk 'Mendukung Kegiatan Pink Ribbon Pertama Kalinya Dalam Industri Pembalut Wanita, Untuk Meminimalkan Angka Kematian Akibat Kanker Payudara', Rabu (6/10/2021).

Dr. Walta menambahkan, langkah sederhana ini bisa dilakukan pada waktu tertentu bagi mereka yang masih mengalami menstruasi maupun menopause.

"SADARI ini sendiri bisa dilakukan secara teratur setiap bulannya. Dilakukan pada hari ke 7 hingga 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang sudah menopause," jelas Dr. Walta.

Sementara itu seorang penyintas kanker payudara, dr. Khairatu Nissa Rangkuti turut menegaskan pentingnya deteksi dini.

Menurutnya, gerakan SADARI yang dilakukan secara sederhana ini bisa menjadi penanda apabila terjadi perubahan pada payudara.

Jika memang ada perubahan, maka bisa segera melakukan konsultasi ke dokter serta mendapatkan perawatan yang tepat.

"Sehingga secara tidak langsung deteksi dini termasuk gerakan SADARI atau periksa payudara sendiri ini dapat membantu meminimalkan angka kematian akibat kanker payudara dan mengurangi jumlah pasien kanker payudara," tegas dr. Khairatu.

Terkait pentingnya skrining dan deteksi dini penyakit ini, Philips Foundation pun mendukung kampanye 'Indonesia Goes Pink 2021' untuk meningkatkan kepedulian atas kanker payudara dan menyediakan skrining bagi perempuan keluarga pra-sejahtera.

Organisasi nirlaba ini berupaya menyediakan akses ke layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat kurang mampu melalui kolaborasinya dengan Lovepink Indonesia dan Docquity untuk menjalankan kampanye di Bulan Peduli Kanker Payudara sedunia.

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk meningkatkan kesadaran terhadap risiko kanker payudara melalui edukasi awam dan aktivasi masyarakat.

Selain itu memberikan akses gratis kepada 1.000 perempuan pra-sejahtera agar memiliki kesempatan melakukan skrining kanker payudara di sejumlah kota, mulai dari kawasan Jabodetabek, Bandung, Jember, Pekanbaru, Banjarbaru, Yogyakarta hingga Padang.

Data terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan kanker payudara menempati urutan teratas daftar kasus baru untuk penyakit kanker serta semua penyakit tidak menular lainnya.

Selain itu, bagi para perempuan yang telah mendapatkan hasil skrining positif, empat dari lima ternyata telah menderita kanker payudara stadium lanjut atau metastasis.

Sehingga penting bagi perempuan untuk memperoleh Informasi terkait penyakit, perkembangannya, diagnosis spesifik, serta pilihan pengobatan yang tepat, agar dapat didiskusikan dengan profesional medis sebelum mereka membuat keputusan.

Ketua Lovepink Indonesia, Samantha Barbara mengatakan organisasi yang dipimpinnya berfokus pada edukasi dan pendampingan deteksi dini bagi perempuan penderita kanker payudara.

Ini bertujuan untuk menekan jumlah penderita kanker payudara stadium lanjut.

"Sayangnya, tidak semua perempuan, terutama yang berasal dari keluarga pra-sejahtera, memiliki akses untuk melakukan pemeriksaan payudara, dan tidak memiliki informasi tentang kanker payudara dan dampak penyakitnya. Dukungan Philips Foundation atas kampanye kami akan memungkinkan kami membantu melakukan skrining kanker payudara bagi para perempuan ini," kata Samantha.

Sementara itu, Direktur Philips Foundation, Margot Cooijmans mengatakan pihaknya melalui Philips Indonesia, telah berkomitmen untuk mendukung kampanye Indonesia Goes Pink 2021.

Karena langkah ini akan membantu banyak perempuan Indonesia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang deteksi dini, dan memberikan pendidikan serta bantuan mengenai implikasi kanker payudara.

"Menyediakan keahlian Philips yang memungkinkan akses yang lebih baik ke skrining, terutama bagi perempuan keluarga pra-sejahtera adalah contoh bagaimana kami memenuhi misi kami. Kami sangat antusias untuk terlibat dalam kampanye peduli kanker payudara ini yang memungkinkan Lovepink Indonesia dan Docquity menjangkau komunitas yang lebih luas melalui webinar edukasi dan dengan menyediakan tes skrining yang dapat menyelamatkan jiwa," kata Cooijmans.

Hal yang sama pun disampaikan Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Preesman yang mengatakan bahwa komitmen ini sejalan dengan prinsip perusahaannya yang concern terhadap penyediaan produk berbasis teknologi kesehatan.

"Sebagai perusahaan teknologi kesehatan, Philips mendorong para perempuan untuk melakukan tes skrining berkala dan berkonsultasi dengan dokter mengenai tanda-tanda kanker payudara. Philips memiliki solusi dan keahlian dalam memberikan skrining dan deteksi kanker payudara yang berkualitas. Perangkat ultrasound  canggih mendukung profesional medis  dengan diagnosis yang lebih
baik, sehingga bila dibutuhkan perawatan dapat dimulai sesegera mungkin," jelas Preesman.

Edukasi melalui webinar series yang digelar Philips Foundation ini awalnya dimulai pada 15 Oktober lalu dengan menampilkan topik 'Fear of Recurrency' yang mencakup informasi mengenai deteksi dini, pengobatan yang tepat dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dilanjutkan dengan 'Gerakan 1.000 USG Payudara Gratis' yang dihelat di tujuh kota yang telah dimulai pada bulan ini dan rencananya akan selesai pada Desember mendatang.

Perlu diketahui, pemerintah memang terus mendorong para perempuan untuk melakukan SADARI di rumah dan SADANIS di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) yang dapat dilakukan oleh dokter dengan menggunakan alat radiologi atau ultrasound.

Pemerintah juga mendorong SADANIS untuk menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan bagi perempuan berusia 20 tahun ke atas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas