IDAI Soroti Sebaran Dokter Endoktrin yang Tak Merata
Dr Muhammad Faizi, SpA(K) mengungkapkan angka anak-anak yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis terus meningkat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI Dr Muhammad Faizi, SpA(K) mengungkapkan angka anak-anak yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis terus meningkat.
Namun distribusi dokter endoktrin masih terpusat di Pulau Jawa.
"Distribusi endoktrin hanya 50 dokter tersebar di 16 provinsi di Jawa paling banyak," ujarnya dalam media briefing virtual mengenai Update Penanganan Diabetes pada Anak beserta Teknologi pada Sabtu (13/11/2021).
Kondisi ini kian menambah lebar sulitnya menangani penderita DM pada anak-anak.
Padahal untuk anak-anak dengan DM tipe 1 terapi insulin harus dilakukan seumur hidup.
"Jadi pemerataannya masih kurang di Papua 1, Bali dan sekitarnya 4, Kalimantan 1 orang, Sulawesi 4 orang, dan sisanya di pulau Sumatera," terangnya.
Baca juga: Diabetes pada Anak Meningkat, IDAI Harap Akses Insulin Merata di Semua Daerah
Tercatat hingga Maret ini ada sekitar 1.346 pasien DM anak-anak di seluruh Indonesia dimana 167 anak merupakan penderita DM tipe 2.
"DM tipe 1 mayoritas berusia 12-15 tahun dan lokasinya merupakan anak dan remaja di Indonesia bagian barat," kata Dokter Faizi.
Dikutip dari data IDAI menyatakan angka kejadian DM pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700 persen selama jangka waktu 10 tahun.
Jumlah kasus baru DM tipe-1 dan tipe-2 berbeda antar populasi dengan distribusi usia dan etnik yang bervariasi.
Sejak September 2009 hingga September 2018 terdapat 1213 kasus DM tipe-1, paling banyak didapatkan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
Pengumpulan data jumlah kasus DM tipe-2 pada anak masih belum secara luas dilakukan.
Jumlah pasien dengan DM tipe-2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tercatat 5 pasien sejak tahun 2014 sampai 2018.