Ibu Hamil Wajib Tahu! Kenali Faktor Risiko dan Cegah Bayi Lahir Prematur
Meskipun ibu hamil telah melakukan banyak hal terbaik untuk bisa melahirkan bayi cukup bulan, banyak diantara yang akhirnya melahirkan bayi prematur.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki bayi yang dilahirkan dalam masa 'cukup bulan' tentunya menjadi harapan bagi para ibu di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh karena itu, para ibu hamil pun selalu mencukupi kebutuhan nutrisi tepat selama momen kehamilan melalui konsumsi makanan dengan gizi seimbang, beristirahat dan rutin melakukan pemeriksaan kandungan ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).
Ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuhnya dan kesehatan serta perkembangan janin yang ada dalam kandungannya.
Namun ternyata, meskipun ibu hamil telah melakukan banyak hal terbaik untuk bisa melahirkan bayi cukup bulan, banyak diantara mereka yang akhirnya melahirkan bayi secara prematur atau tidak cukup bulan.
Baca juga: Bayi Paling Prematur di Dunia Lahir di Alabama, Harus Makan dan Nafas Pakai Selang
Baca juga: Geger Penemuan Bayi Prematur 1,7 Kilogram di INHU, Ternyata Dilahirkan dari Rahim Anak Bawah Umur
Lalu apa faktor yang membuat ibu bisa melahirkan bayi prematur ?
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal, Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K)., menyebut 3 karakteristik faktor risiko yang dapat menyebabkan seorang ibu melahirkan bayi secara prematur.
Selain terkait karakteristik nutrisi, karakteristik ibu maupun kehamilan tentu sangat memengaruhi apakah bayi yang dilahirkan itu berpotensi prematur atau tidak.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam webinar Bicara Gizi dengan Tema 'Tantangan dan Penanganan Kesehatan Bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur' yang diselenggarakan oleh Danone Specialized Nutrition Indonesia dalam rangka memperingati Hari Prematuritas Sedunia, Rabu (17/11/2021).
"Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur dapat dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu karakteristik ibu, karakteristik nutrisi, dan karakteristik kehamilan," ujar Dr. Rima dalam webinar tersebut.
Terkait karakteristik ibu, kata dia, dipicu pola gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok.
Begitu pula dengan kondisi psikologis sang ibu saat sedang menjalani masa kehamilannya.
Jika ibu hamil mengalami stress, maka ini akan turut mempengaruhi kondisi bayi yang dikandungnya.
Oleh karena itu, dokter selalu menyarankan agar ibu hamil untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu stabikitas emosinya.
"Karakteristik ibu terkait usia, (dipengaruhi) kebiasaan merokok dan kondisi psikologis ibu," jelas Dr. Rima.
Selanjutnya, karakteristik nutrisi tentu sangat berpengaruh pada potensi kelahiran prematur.
Para ibu yang sedang hamil, wajib memperhatikan saran dari dokter kandungan maupun bidan terkait apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama masa kehamilan.
Karena asupan nutrisi tepat yang masuk ke dalam tubuhnya tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang bayinya pula.
"Faktor risiko berdasarkan karakteristik nutrisi terkait indeks massa tubuh, kenaikan berat badan selama kehamilan, kebiasaan makan, kebiasaan minum kopi, dan konsumsi suplementasi," kata Dr. Rima.
Kemudian faktor risiko ketiga yakni terkait karakteristik kehamilan sang ibu, ini mengacu pada riwayat kehamilan hingga persalinan sebelumnya.
Mulai dari apakah sang ibu pernah mengandung anak kembar, lalu bagaimana riwayat kesehatan dan persalinannya, seperti apa riwayat pemeriksaan kandungan pada kehamilan sebelumnya.
"Sedangkan faktor risiko berdasarkan karakteristik kehamilan meliputi riwayat persalinan, riwayat memiliki anak kembar, masalah kesehatan selama kehamilan, dan riwayat pemeriksaan USG," papar Dr. Rima.
Riset yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa 1 dari 10 anak lahir secara prematur.
Lalu pada setiap tahunnya, diperkirakan ada 15 juta anak di seluruh dunia yang lahir sebelum waktunya yakni sekitar lebih dari 3 minggu sebelum waktu kelahirannya.
Sementara itu di Indonesia, data yang dimiliki Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukkan 84 persen kematian pada anak yang baru lahir di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur.
Ini mengindikasikan bahwa semakin pendek masa kehamilan, maka semakin besar risiko kematian dan morbiditas.
Hal penting lainnya yang harus diketahui adalah saat bayi lahir secara prematur, maka ia berisiko lebih tinggi memiliki masalah kesehatan serius dan ini dapat dialami dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi bagi ibu hamil agar meningkatkan literasinya terkait apa yang diizinkan dan tidak diizinkan saat sedang menjalani masa kehamilan.
Nah, bertepatan dengan Hari Prematuritas Sedunia yang jatuh pada 17 November 2021, para ibu perlu mendapatkan edukasi terkait apa yang dapat dilakukan agar terhindar dari risiko kelahiran bayi secara prematur.
Dr. Rima menyarankan kepada para ibu hamil untuk tidak segan melakukan konsultasi kepada ahlinya, agar mereka mendapatkan literasi yang cukup terkait faktor risiko yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur.
Ia menjelaskan bahwa riwayat kelahiran dapat meningkatkan risiko prematur bagi ibu yang memiliki riwayat abortus, angkanya 1,9 kali lebih berisiko.
Namun yang lebih tinggi risikonya adalah riwayat persalinan secara prematur dan caesar.
Karena riwayat persalinan prematur menunjukkan angka 3 kali lebih berisiko untuk menyebabkan kelahiran bayi prematur.
"Sedangkan riwayat persalinan caesar 2,9 kali lebih berisiko," jelas Dr. Rima.
Tidak hanya itu, Dr. Rima menekankan bahwa ibu hamil perlu mengetahui penyebab lainnya yang berpotensi memicu kelahiran prematur.
Mulai dari usia ibu yang terlalu muda yakni di bawah 19 tahun, serta terlalu mature yakni lebih dari 35 tahun.
Kemudian kondisi psikologis yang stress karena terlalu banyak pikiran maupun beban dalam kehidupannya.
Selanjutnya ada pula yang dipengaruhi jumlah cairan ketuban yang tidak sama seperti ibu hamil pada umumnya.
"Selain itu, usia ibu melahirkan kurang dari 19 atau lebih dari 35 tahun, stress maternal yang dialami ibu, dan jumlah cairan ketuban yang tidak normal juga dapat meningkatkan risiko preterm (prematur)," tutur Dr. Rima.
Terkait risiko kelahiran prematur ini, upaya apa yang dapat dilakukan ibu hamil agar bisa melahirkan bayi cukup bulan ?
Nah, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui peran kecukupan nutrisi tepat demi menunjang masa kehamilan yang sehat dan mengurangi risiko melahirkan bayi prematur.
Dr. Rima menegaskan bahwa ibu hamil memerlukan suplemen yang mengandung Omega 3, Zinc, Vitamin D3 atau multi-mikronutrien untuk memenuhi kecukupan nutrisi yang diperlukan ibu dan janin yang dikandung agar tumbuh dan berkembang menjadi bayi yang sehat.
"Salah satu upaya untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi melalui suplementasi Omega 3, Zinc, Vitamin D3, atau multi-mikronutrien," tegas Dr. Rima.
Penanganan Jika Bayi Lahir Prematur
Lalu bagaimana dengan para ibu yang akhirnya melahirkan bayi secara prematur ?
Edukasi terkait kelahiran bayi prematur ini tentu tidak hanya dibutuhkan para ibu yang masih menjalani masa kehamilan saja, namun juga kaum ibu yang baru saja melahirkan bayi secara prematur.
Karena urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.
Maka para ibu perlu memiliki literasi terkait hal ini tentunya, agar mereka bisa senantiasa memberikan perhatian yang esktra dan stimulasi bagi si kecil yang lahir secara prematur.
Namun untuk mendukung hal tersebut, para ibu yang melahirkan bayi prematur ini juga membutuhkan dukungan mental dari orang terdekatnya, seperti suami maupun keluarganya.
Dukungan ini akan memberikan kekuatan dan semangat baginya dalam merawat bayi dengan kondisi yang memerlukan perhatian khusus ini.
Perlu diketahui, saat ibu melahirkan secara prematur, ia akan memiliki tingkat kekhawatiran yang berlebihan, begitu pula dengan tingkat stressnya.
Tidak hanya itu, mereka juga akan mengalami kelelahan karena si kecil yang lahir secara prematur harus mendapatkan perhatian yang lebih ekstra.
Pada momen inilah, pentingnya pemahaman mengenai tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran prematur bagi ibu dan si kecil sebagai langkah intervensi tepat bagi keduanya untuk mendukung tumbuh kembang si kecil agar optimal.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatalogi, Dr. dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K)., mengakui bahwa tantangan utama yang sering dialami mereka yang mengalami kasus prematur adalah terkait perawatan bayinya.
Karena bayi yang terlahir secara prematur, tentu akan mengalami kondisi yang sulit beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim.
Usia bayi yang terpaksa dilahirkan dengan kondisi tidak cukup bulan ini membuat organ tubuh mereka, seperti jantung hingga sistem pencernaan belum terbentuk secara sempurna.
Sehingga fungsinya pun tidak dapat optimal seperti bayi yang lahir cukup bulan.
"Kesulitan utama dalam kasus prematur ialah perawatan anak lahir prematur. Anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya," jelas Dr. Putri.
Nah, untuk mengurangi dampak negatif yang berpotensi muncul selama masa perawatan bayi prematur adalah melalui upaya menjaga agar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) bisa berubah pada kondisi pertumbuhan optimal.
Langkah ini, kata Dr. Putri, bisa dilakukan dengan menerapkan metode developmental care.
"Upaya untuk meminimalkan dampak negatif selama perawatan adalah menjaga agar BBLR berada dalam kondisi yang optimal untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan menerapkan developmental care," jelas Dr. Putri.
Lalu apa itu developmental care?
Developmental care ini memiliki prinsip mengurangi stress pada sang ibu serta melakukan optimalisasi pada pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi prematur untuk menunjang tumbuh kembangnya secara optimal.
Pada momen ini, tentunya diperlukan pemantauan secara berkala, perawatan serta penanganan khusus pada bayi.
Karena ini menjadi faktor yang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang terlahir prematur.
Bayi prematur yang memperoleh kenyamanan yang kondusif, tentu dapat memaksimalkan energi yang dimilikinya demi mendukung tumbuh kembangnya.
Sehingga mereka lebih cepat mencapai kondisi kesehatan yang optimal.
Nah, ibu juga bisa memenuhi faktor kenyamanan bagi bayi prematur dengan membangun ikatan yang kuat (bonding time) antara ibu dengan bayinya.
Upaya bonding time ini bisa dipertahankan sesuai usia pertumbuhan anak.
Ada pula penerapan upaya menggunakan teknik kangaroo mother care atau melakukan kontak kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dengan bayi melalui cara dipeluk, bayi dapat diletakkan pada dada ibu.
Ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan kehangatan pada bayi yang lahir prematur, sama seperti apa yang ia peroleh selama berada dalam kandungan.
Penerapan kangaroo mother care ini sebenarnya mengikuti pola 'dekapan kangguru' yang menciptakan kenyamanan dan kehangatan.
Dr. Putri kemudian menambahkan bahwa pemberian stimulasi sejak dini menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi tumbuh kembang anak saat baru lahir.
"Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps), sering memberikan rangsangan dapat menguatkan hubungan sinaps," jelas Dr. Putri.
Variasi rangsangan, kata dia, akan membentuk hubungan yang semakin luas dan kompleks, sehingga dapat menstimulasi terbentuknya multiple intelligent.
Stimulasi ini pun harus disertai pula pemeriksaan terkait deteksi dini tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, para ibu dan ayah disarankan untuk memperhatikan aspek deteksi dini ini, agar bisa mengetahui seperti apa tumbuh kembang bayi mereka sejauh ini.
Jika terjadi penyimpangan, maka tenaga medis bisa segera mengambil tindakan.
"Pemberian stimulasi harus diimbangi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orang tua. Hal ini dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan," kata Dr. Putri.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa sesuai dengan tema Hari Prematuritas Sedunia (World Prematurity Day) tahun ini yakni 'Zero Separation, ACT NOW!', Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia sengaja menggelar webinar Bicara Gizi.
Ini merupakan bukti komitmen pihaknya dalam memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan kesehatan bagi Ibu yang melahirkan prematur dan anak yang dilahirkan secara prematur.
Ibu dan anak yang mengalami kasus prematur, kata dia, tentu memerlukan perhatian khusus.
Karena saat sang ibu memiliki kesehatan tubuh dan mental yang baik, maka ini akan berdampak pula pada kondisi kehamilan hingga ASI yang diberikannya.
Mental dan pemahaman yang baik terkait pentingnya memberikan kenyamanan pada bayi prematur tentu juga dapat meningkatkan bonding time antara ibu dan bayinya.
"Kami memahami bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, selain memastikan pertumbuhan biologis anak dalam keadaan baik, memastikan status gizi baik dengan pemberian ASI, dan meningkatkan bonding time perlu digiatkan agar tumbuh kembang si Kecil optimal," jelas Arif.
Ia pun berharap webinar Bicara Gizi tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya upaya pencegahan dan penanganan pada ibu dan bayi dengan kasus prematur.
"Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para orangtua tentang pentingnya pencegahan dan penanganan secara tepat kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil," pungkas Arif.