Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perbedaan HIV dengan AIDS, Virus yang Rusak Sel dan Turunkan Sistem Kekebalan Tubuh Penderita

AIDS berasal dari perkembangan HIV, namun berbeda tingkat dan diagnosis. Berikut ini perbedaan HIV dengan AIDS, fakta, dan perbedaan diagnosis.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
zoom-in Perbedaan HIV dengan AIDS, Virus yang Rusak Sel dan Turunkan Sistem Kekebalan Tubuh Penderita
Freepik
Ilustrasi virus HIV - AIDS berasal dari perkembangan HIV, namun berbeda tingkat dan diagnosis. Berikut ini perbedaan HIV dengan AIDS, fakta, dan perbedaan diagnosis. 

TRIBUNNEWS.COM - Acquired immunodeficiency syndrome atau AIDS adalah istilah yang merujuk pada kondisi medis yang berhubungan dengan Human immunodeficiency virus (HIV).

Melansir Healtline, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan kondisi yang disebut AIDS, atau disebut juga sebagai HIV stadium 3.

Dulu, orang yang didiagnosis HIV atau AIDS tidak memiliki harapan hidup.

Namun seiring perkembang penelitian dan teknologi, jenis pengobatan untuk penyakit ini sudah tersedia.

Orang yang terinfeksi HIV dapat mengikuti pengobatan antiretroviral secara teratur agar dapat hidup dalam rentang hidup yang mendekati normal dan lebih lama.

Lalu, bagaimana jika seseorang didiagnosis terkena AIDS?

Apa perbedaannya dengan pengidap HIV?

Berita Rekomendasi

Untuk penjelasan lebih lanjut, simak rangkuman berikut ini.

Baca juga: Bahaya HIV bagi Tubuh: Mulai dari Infeksi Akut, Kronis hingga AIDS

Perbedaan HIV vs AIDS

1. HIV

Ilustrasi HIV
Ilustrasi HIV (BBC)

HIV adalah Virus

Melansir Healthline, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh.

Virus ini hanya dapat diderita oleh manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh.

Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak dapat bekerja efektif seperti seharusnya.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh manusia dapat sepenuhnya membersihkan banyak virus dari tubuh.

Namun, hal ini tidak dapat dilakukan ketika seseorang terkena HIV karena merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit sehari-hari.

Saat ini sudah ada obat-obatan yang dapat mengendalikan HIV dengan hasil yang cukup berhasil mengganggu siklus hidup virusnya di dalam tubuh manusia.

HIV tidak selalu berkembang menjadi stadium 3

Infeksi HIV belum tentu berlanjut ke tahap 3.

Banyak orang dengan HIV hidup selama bertahun-tahun tanpa mengembangkan menjadi AIDS.

Berkat kemajuan dalam pengobatan, orang yang hidup dengan HIV dapat hidup dalam rentang hidup yang mendekati normal.

Seseorang dapat memiliki infeksi HIV tanpa AIDS, sedangkan siapa pun yang didiagnosis mengidap AIDS telah tertular HIV hingga stadium 3.

Infeksi HIV tidak pernah hilang karena tidak ada obat untuk menyembuhkan orang yang menderita HIV, kecuali pengobatan untuk melawan infeksi dan penyakit yang ditimbulkan.

Baca juga: Persoalan HIV/AIDS di Tempat Kerja Masih Menjadi Tantangan Berat di Negara Anggota ASEAN

HIV dapat ditularkan dari orang ke orang

HIV adalah jenis virus, sehingga dapat ditularkan dari satu orang ke banyak orang, seperti karakter virus pada umumnya.

Sedangkan AIDS adalah suatu kondisi yang diperoleh seseorang hanya setelah mereka tertular HIV.

HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh.

Cara yang paling umum adalah melalui hubungan seks tanpa kondom atau penggunaan jarum bersama.

Selain itu, seorang ibu juga dapat menularkan HIV ke bayi selama masa kehamilan, jika ibu tersebut menderita HIV.

HIV tidak selalu menimbulkan gejala

HIV biasanya menyebabkan gejala seperti flu sekitar dua sampai empat minggu setelah penularan.

Periode waktu ini disebut infeksi akut.

Sistem kekebalan tidak dapat sepenuhnya menghilangkan HIV dan hanya mengendalikan penyebaran untuk waktu yang lama.

PengendalianHIV oleh tubuh dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan penderita mungkin tidak mengalami gejala sama sekali.

Jika seseorang penderita HIV tidak melakukan terapi antiretroviral, maka orang tersebut dapat mengembangkan HIV menjadi AIDS.

Infeksi HIV dapat didiagnosis dengan tes sederhana

Seseorang yang menderita HIV akan menghasilkan sistem kekebalan (antibodi) terhadap virus.

Tes darah atau air liur dapat mendeteksi antibodi tersebut untuk menentukan apakah ada virus.

Diperlukan beberapa minggu setelah penularan agar tes antibodi HIV kembali positif.

Tes lain adalah tes antigen, yaitu mendeteksi protein yang diproduksi oleh virus dan antibodi.

Tes ini dapat mendeteksi HIV hanya beberapa hari setelah infeksi.

Kedua tes tersebut akurat dan mudah dilakukan.

Baca juga: Kemenkes Dorong Orang dengan HIV/AIDS Segera Vaksinasi Covid-19

2. AIDS

AIDS adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh HIV yang telah mengalami perkembangan.

Orang yang menderita AIDS disebut sebagai penderita HIV stadium 3.

Pada kondisi stadium 3, HIV menyebabkan kerusakan serius pada sistem kekebalan tubuh.

Kondisi ini berbeda-beda pada setiap penderita AIDS karena tingkat infeksi dan gejala yang bervariasi, tergantung kondisi tubuh.

AIDS juga dikenal secara kolektif sebagai infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia, dan lain-lain.

Diagnosis AIDS lebih rumit

AIDS adalah infeksi HIV stadium akhir.

Penyedia layanan kesehatan harus menghitung sel-sel kekebalan (sel CD4) yang telah hancur karena HIV agar dapat mendiagnosis apakah HIV telah berkembang menjadi stadium 3.

Seseorang tanpa HIV dapat memiliki 500 hingga 1.200 sel CD4.

Ketika sel telah turun menjadi 200, maka penderita HIV dianggap memiliki HIV stadium 3.

Faktor lain yang menandakan HIV stadium 3 adalah adanya infeksi oportunistik.

Infeksi oportunistik adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, atau bakteri.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Kesehatan

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas