Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Terlalu Lama Menatap Layar Gadget, Penderita Myopia Meningkat Selama Pandemi

Selama pandemi covid-19, tak sedikit masyarakat yang mengalami gangguan fungsi mata.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Terlalu Lama Menatap Layar Gadget, Penderita Myopia Meningkat Selama Pandemi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Terlalu Lama Menatap Layar Gadget, Penderita Myopia Meningkat Selama PandemiTRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama pandemi covid-19, tak sedikit masyarakat yang mengalami gangguan fungsi mata.

Pandemi memang memaksa semua orang harus lebih banyak melakukan kegiatan di depan layar komputer maupun gadget lainnya.

Mereka yang mengalami gangguan pada mata ini pun tidak hanya berasal dari kalangan dewasa saja, namun juga anak muda yang kini mulai terbiasa melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring.

Baca juga: Tips Merawat Mata agar Tetap Sehat dan Terhindar dari Rabun atau Mata Minus

Baca juga: Selain Stop Gadget, Ayah dan Bunda Bisa Terapkan Trik Ini Agar Sikecil Lancar Bicara

Satu diantara sejumlah gangguan pada mata yang biasa dialami masyarakat adalah rabun jauh (Myopia).

Lalu apa itu Myopia?

Dikutip dari laman Emergency Live, Senin (20/12/2021), Myopia adalah cacat
penglihatan yang sangat umum dialami banyak orang, karena ini adalah kelainan refraksi paling umum di dunia.

Berita Rekomendasi

Saat membahas mengenai Myopia, pemicunya tidak hanya karena faktor genetik saja, namun juga gaya hidup.

FOTO ILUSTRASI - Anak Perempuan yang masih Berusia 2 Tahun Mengalami Rabun Jauh hingga Matanya Minus 9 karena Bermain Smartphone setiap Hari dalam 1 Tahun Terakhir.
FOTO ILUSTRASI - Anak Perempuan yang masih Berusia 2 Tahun Mengalami Rabun Jauh hingga Matanya Minus 9 karena Bermain Smartphone setiap Hari dalam 1 Tahun Terakhir. (SCMP)

Mulai dari menghabiskan waktu berjam-jam di tempat tertutup dengan penerangan yang buruk, hingga terlalu lama dan sering melihat layar televisi, komputer, smartphone maupun tablet.

Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang yang terpaksa melakukan nyaris seluruh aktivitas hanya di dalam rumah dan menggunakan perangkat elektronik lebih lama dari biasanya, baik saat bekerja maupun pembelajaran jarak jauh.

Hal inilah yang akan menimbulkan konsekuensi negatif pada mata mereka, termasuk munculnya kondisi mata minus.

Myopia merupakan kelainan refraksi yang paling umum, yakni kelainan yang ditandai dengan ketidakmampuan mata untuk fokus pada gambar secara tajam sehingga menyebabkan penglihatan menjadi kabur.

Umumnya gangguan ini terjadi pada usia sekolah dan meningkat selama periode perkembangan anak serta cenderung stabil pada sekitar usia 20 hingga 25 tahun.

Pada usia 20 hingga 25 tahun, biasanya kondisi ini hanya akan mengalami sedikit peningkatan, kecuali jika ada patologi tertentu yang membuatnya memburuk secara cepat.

Lalu apa yang menyebabkan seseorang mengalami Myopia ?

Myopia bisa saja disebabkan faktor genetik, namun sejumlah penelitian dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan adanya korelasi erat antara Myopia dengan gaya hidup.

Secara khusus, gangguan ini lebih sering terjadi terutama pada anak-anak, mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dengan pencahayaan minim, serta mereka yang melakukan aktivitas seperti mengamati benda-benda yang berdekatan dengan mata selama beberapa jam seperti gadget.

Dengan demikian, penggunaan gadget dapat memperburuk kondisi Myopia pada remaja, karena merupakan aktivitas proksimal yang dilakukan di dalam ruangan.

Lalu apa saja gejala yang dialami mereka yang mengalami Myopia ?

Gejala utama yang kerap dialami mereka yang mengalami gangguan ini adalah penglihatan kabur saat melihat objek yang jauh.

Perlu diketahui, semakin besar cacat visual, maka semakin pendek jarak di mana seseorang dapat melihat secara baik.

Bahkan mereka yang mengalami kondisi ini perlu menyipitkan mata agar bisa fokus pada objek yang jauh.

Istilah Myopia berasal dari kata Yunani 'Myo', yang berarti 'menutup' dan menunjukkan kebiasaan yang umumnya dilakukan orang-orang yang mengalami rabun dekat yakni menyipitkan mata untuk melihat secara lebih baik dari kejauhan.

Deputy CEO Kasoem Group, Trista Mutia Kasoem mengatakan Myopia merupakan kondisi gangguan pada mata yang menyebabkan seseorang tidak mampu melihat benda dalam jarak jauh secara jelas.

Saat ini Myopia telah menjadi perhatian serius sebagai suatu fenomena di dunia, hal ini terkait dengan lonjakan kasus yang dipicu peningkatan penggunaan perangkat digital pasca pandemi Covid-19.

"Berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan angka kejadian terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun," kata Trista, dalam keterangan resminya, Minggu (19/12/2021).

Indonesia merupakan negara yang memiliki lonjakan kasus Myopia yang cukup signifikan.

Berdasar pada data Oftalmologi Komunitas (Ofkom) FKKMK UGM, dari 312 anak, 41 persen diantaranya mengalami Myopia, lalu 21 persen mengalami gangguan refraksi berat.

Penelitian Holden pada 2016 menyebutkan prevalensi Myopia di dunia saat ini mencapai 28 persen dari total penduduk dunia atau sekitar 2 miliar.

Diperkirakan pada 2050, angka ini akan mencapai 50 persen atau sekitar 5 miliar.

Di Indonesia, kasus Myopia ini semakin menjadi concern karena dipicu rutinitas selama pandemi Covid-19.

Sehingga diperlukan fasilitas pelayanan yang dapat diakses secara luas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas