Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Setiap Jam, Satu Wanita di Indonesia Meninggal karena Kanker Serviks 

Data Globocan 2020 menyebutkan kanker serviks memiliki kontribusi sebesar 24,5% atau sebanyak 2.261.419 kasus dari jumlah penderita kanker di dunia. 

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Setiap Jam, Satu Wanita di Indonesia Meninggal karena Kanker Serviks 
Shutterstock
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Globocan 2020 menyebutkan kanker serviks memiliki kontribusi sebesar 24,5% atau sebanyak 2.261.419 kasus dari jumlah penderita kanker di dunia. 

Angka kematian wanita di dunia cukup tinggi karena setiap 2 menit, 1 wanita meninggal karena kanker serviks dan di Indonesia 1 wanita meninggal setiap 1 jam.

dr I Made W Mahayasa, Sp.OG (K) Onk dokter Spesialis kandungan konsultan onkologi dari Siloam Hospitals Mataram mengatakan, kanker Kandungan yang paling banyak dan sering dialami pada wanita umumnya adalah kanker serviks, yang disebabkan karena virus umum yaitu Human Papilloma Virus (HPV) secara daring belum lama ini. 

Baca juga: Kemenkes Akan Wajibkan Perempuan Indonesia Vaksinasi HPV untuk Cegah Kanker Serviks

"Kanker Serviks bukanlah penyakit keturunan, dan berisiko pada perilaku seksual dengan aktivitas seksual yang dilakukan di bawah usia 20 tahun, multi partner, dan kutil kelamin.

Serta dapat disebabkan karena kebiasaan merokok dan imunitas rendah, serta melahirkan di usia terlalu mudam," katanya saat bincang-bincang seputar kesehatan dengan tema Deteksi Dini dan Pencegahan beberapa jenis kanker, seperti kanker Nasofaring, kanker Payudara, dan kanker Kandungan secara daring.

Kanker Leher rahim atau Serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua jenis kanker asalkan diketahui pada stadium awal atau dini.

BERITA REKOMENDASI

Skrining rutin menjadi hal yang sangat penting yaitu untuk pencegahan sehingga dapat diobati dan mengurangi angka kematian.

Deteksi dini dapat dilakukan melalui metode Pap Smear, IVA, Kolposkopi, dan Pemeriksaan HPV DNA yang tetap bisa dilakukan meskipun sudah pernah vaksinasi.

"Karena vaksin tidak memberikan perlindungan terhadap semua tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks," katanya.

dr. Mochamad Alfian, Sp.THT-KL (K) Onk, FICS Spesialis THT Konsultan Onkologi Siloam Hospitals Mataram mengatakan,  kanker Nasofaring sulit diketahui karena gejalanya sering kali baru muncul ketika sudah di tahap lanjut.

"Nasofaring merupakan salah satu bagian dari tenggorokan.


Posisinya terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut. Penderita kanker Nasofaring dapat mengalami gangguan dalam berbicara, mendengar, ataupun bernafas," imbuhnya.

Gejala umum yang dialami yaitu gangguan saraf, tinitus, hidung tersumbat, telinga terasa penuh, dan ludah bercampur darah.

Untuk mengatasinya dokter akan menggunakan metode Terapi radiasi dan Kemoterapi.

Sementara untuk kanker payudara dr. Wahyu NS, Sp.B (K) Onk Spesialis bedah Onkologi mengatakan bahwa faktor risiko biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun, haid pertama usia kurang dari 12 tahun, berhenti menopause pada usia diatas 50 tahun, tidak menyusui dan tidak mempunyai anak.

"Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan metode deteksi dini melalui cara pola hidup sehat dengan olahraga rutin dan teratur, dan lakukan kontrol secara berkala serta medical check up untuk mengetahui perkembangan kesehatan setiap tahunnya," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas